Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Harga emas berjangka anjlok pada hari Selasa (30/04/2024), turun di bawah level penting $2,300 per troy ons. Para pedagang nampaknya bersiap menghadapi potensi perubahan sikap Bank Sentral AS menjadi hawkish dalam keputusan kebijakan paska pertemuan berkala mereka pada Selasa – Rabu ini.

Logam mulia, yang sering dipandang sebagai asset lindung nilai terhadap inflasi, kini berada di bawah tekanan jual yang kuat. Ada kekhawatiran bahwa bank sentral AS dapat melakukan tindakan yang lebih agresif terhadap kenaikan suku bunga di masa depan.

Harga emas di bursa berjangka untuk kontrak Juni paling aktif diperdagangkan $60,50 lebih rendah, atau turun 2,57%, menetap di $2,297.20 per ounce. Penurunan harga yang tajam mencerminkan kekhawatiran yang tulus di antara para pelaku pasar bahwa pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mungkin akan berakhir dengan perubahan besar dalam bahasa mengenai inflasi dan kebijakan moneter.

Para pedagang secara luas mengantisipasi bahwa Ketua Federal Reserve Jerome Powell akan menyampaikan konferensi pers yang lebih hawkish, yang berpotensi menandakan laju penurunan suku bunga yang lebih lambat atau bahkan jeda dalam siklus pelonggaran bank sentral. Sentimen ini mendapat perhatian setelah Powell baru-baru ini mengakui bahwa tingkat inflasi saat ini akan memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai target 2%, dengan menyatakan, “Inflasi telah menurun selama setahun terakhir namun tetap tinggi.”

Diyakini bahwa Powell akan menyoroti indikator-indikator ekonomi yang kuat baru-baru ini, termasuk indeks inti Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) untuk bulan Maret dan angka Produk Domestik Bruto (PDB) yang kuat. Poin-poin data ini dapat mendorong Federal Reserve untuk mengadopsi pendekatan yang lebih hati-hati terhadap penurunan suku bunga di masa depan, yang menyimpang dari ekspektasi sebelumnya mengenai pelonggaran yang lebih agresif.

Data inflasi terbaru mengungkapkan bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) utama naik 3,5% tahun-ke-tahun di bulan Maret, sementara tingkat inflasi inti, diluar faktor harga energi dan pangan, meningkat menjadi 3,8% per tahun. Perkembangan ini secara signifikan dapat mengubah sikap Federal Reserve mengenai jumlah dan waktu penurunan suku bunga tahun ini.

Pada awalnya, The Fed memproyeksikan penurunan suku bunga sebesar tiga perempat poin akan dilakukan melalui serangkaian langkah. Dengan perkembangan ekonomi saat ini, para pelaku pasar kini mengantisipasi hanya akan dilakukan satu atau dua pemangkasan suku bunga yang lebih kecil, yang berpotensi terjadi pada akhir tahun ini.

Potensi perubahan bahasa FOMC mengenai inflasi dan pelonggaran moneter mempunyai implikasi yang signifikan terhadap pasar. Pengakuan akan tingginya tingkat inflasi yang berkelanjutan dapat mengurangi harapan penurunan suku bunga dalam waktu dekat, mengubah lanskap investasi dan penilaian risiko. Jika FOMC memilih untuk mengurangi batas limpasan neraca Treasury, hal ini dapat ditafsirkan sebagai langkah hati-hati menuju pengetatan, meskipun tidak seagresif kenaikan suku bunga langsung.

Dengan prospek Federal Reserve yang lebih hawkish, dikombinasikan dengan penguatan dolar AS kembali, telah memberikan tekanan pada harga emas di bawah level kritis $2,300 per ounce. Sambil keputusan FOMC yang lebih jelas, pergerakan harga logam mulia kemungkinan akan bergantung pada penilaian bank sentral terhadap risiko inflasi dan penyesuaian kebijakan selanjutnya.