Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga emas mencoba melampaui $1.940 setelah imbal hasil AS turun lebih jauh dalam perdagangan hari Rabu (25/01/2023). Indek Dolar AS disisi lain tetap lemah tahun ini karena perhatian beralih ke pengetatan kebijakan di negara maju lainnya. Secara teknis, harga emas dilelang dalam pola Rising Wedge, menggambarkan kontraksi volatilitas.

Emas berusaha untuk melampaui resistensi terdekat $1.940 di sesi Tokyo. Logam mulia mendapatkan kekuatan di tengah meningkatnya permintaan obligasi pemerintah AS yang telah melemahkan imbal hasil lebih lanjut. Imbal hasil Treasury AS 10-tahun telah turun mendekati 3,45%.

Aksi jual di S&P500 berjangka menunjukkan bahwa kapasitas pengambilan risiko pelaku pasar memudar. Estimasi yang terlewatkan oleh raksasa teknologi Microsoft dalam pendapatan Desember dan kesalahan teknis di NYSE berdampak pada ekuitas Amerika Serikat. Indeks Dolar AS (DXY) menampilkan profil sideways di sekitar 101,50 karena investor menunggu data Produk Domestik Bruto (PDB) AS untuk dorongan baru.

Harga emas mungkin menemukan kekuatan jika PDB AS berkontraksi secara dramatis, yang selanjutnya dapat meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve (Fed) dalam pertemuan Februari. Sesuai perkiraan, PDB Q4CY2022 tahunan akan berkontraksi menjadi 2,8% dari rilis sebelumnya sebesar 3,2%.

Untuk prospek Indeks USD, diperkirakan bahwa Dolar AS akan melemah pada tahun 2023 karena Fed bersiap untuk melampaui ekspektasi pasar untuk suku bunga fed fund puncak, dan perhatian beralih ke pengetatan kebijakan di negara maju lainnya.

Secara teknis, harga emas bergerak dalam pola grafik Rising Wedge di skala per jam yang menunjukkan adanya kontraksi volatilitas. Ini akan menghasilkan tick yang lebih luas dan volume yang berat setelah terjadinya ledakan transaksi. Exponential Moving Average (EMA) 20 periode di $1.935,33 adalah bantalan bagi kenaikan Emas. Sementara itu, Relative Strength Index (RSI) (14) berosilasi dalam kisaran 40,00-60,00, menunjukkan kinerja yang kurang baik oleh harga Emas ke depan.