ESANDAR, Jakarta – Kapasitas produksi industri Jepang turun pada bulan September dari bulan sebelumnya, sementara pasar tenaga kerja tetap ketat, dan pengeluaran rumah tangga turun. Pengumuman data ekonomi ini hanya selang beberapa jam sebelum pertemuan kebijakan Bank of Japan diumumkan.
Data ekonomi yang diterbitkan hari Selasa (31/10/2017) ini menyatakan bahwa produksi industri Jepang turun 1,1 persen (perkiraan -1,6%) pada bulan September dari Agustus, yang meningkat sebesar 2%. Untuk bulan Oktober ini, diperkirakan produksi akan naik 4,7 persen dan turun 0,9 persen pada November mendatang.
Produksi industri naik 2,5 persen (perkiraan + 2,0%) pada bulan September dari tahun sebelumnya. Belanja rumah tangga turun 0,3 persen dari tahun lalu (perkiraan +0,6 persen).
Dari dunia kerja Jepang, dikabarkan bahwa tingkat pengangguran tetap sebesar 2,8 persen (perkiraan 2,8 persen). Rasio job-to-applicant tidak berubah pada 1,52 (perkiraan 1,53), tertinggi sejak pertengahan 1970-an.
Sementara inflasi tetap berada di bawah target 2 persen BOJ. Ini menjadi perhatian bank sentral yang tengah berupaya memperbaiki pasar tenaga kerja. Banyak ekonom yang berharap BOJ bisa meninggalkan kebijakan moneter yang longgar dan beralih kepada kebijakan yang lebih agresif.
Data ekspor riil dari Bank of Japan, yang cenderung memiliki korelasi tinggi dengan produksi industri, menunjukkan penurunan yang besar dari bulan sebelumnya. Dengan berkembangnya ekonomi dan penurunan populasi, pasar tenaga kerja harus terus diperketat, mendorong rasio pekerjaan-ke-pelamar lebih tinggi lagi.
Perputaran bulan ke bulan selanjutnya, produksi industri kemungkinan akan sedikit meningkat ke akhir tahun, didukung oleh restocking persediaan dan permintaan dari luar negeri – memberikan dukungan kepada ekonomi yang lebih luas. Ke depannya, pasar tenaga kerja diperkirakan akan ketat saat ekonomi berkembang, disaat populasi pekerja menyusut, dan ketidakcocokan pekerjaan meningkat. (Lukman Hqeem)