ESANDAR – Dolar AS menguat kembali dalam perdagangan di hari Senin (14/10/2019), setelah dua hari berakhir di zona merah. Keyakinan pasar paska kesepakatan parsial AS – China diakhir pekan, berkurang atas naiknya keraguan dari kekuatan kesepakatan itu sendiri. Hal ini menarik kembali arus perdagangan ke aset safe haven, dalam hal ini Dolar AS. Disisi lain, dorongan kenaikan juga didapatkan investor dengan kondisi di Eropa menyikapi dekatnya tenggat waktu keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Presiden AS Donald Trump pada hari Jumat telah menguraikan fase pertama dari kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang dan menunda kenaikan tarif yang terancam. Namun para pejabat di kedua belah pihak mengatakan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kesepakatan dapat disepakati. Hal ini menimbulkan keraguan pasar akan efektifitas dan kekuatan kesepakatan sebelumnya apakah benar-benar akan mengakhiri perang dagang.
China sendiri sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg News mengatakan bahwa mereka ingin lebih banyak pembicaraan segera setelah akhir Oktober untuk menuntaskan rincian dari kesepakatan “fase satu” tersebut. Hal ini mengisyaratkan masih banyaknya hal-hal yang menjadi ganjalan. Tentu saja pasar menjadi was-was bahwa kesepakatan fase pertama ini hanya macan kertas saja.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pada hari Senin bahwa putaran tambahan tarif kemungkinan akan dilakukan jika kesepakatan perdagangan dengan Cina belum tercapai pada saat mereka akan memulai. Namun dia menambahkan harapan bahwa kesepakatan masih dapat diraih.
Kesepakatan perdagangan parsial antara dua ekonomi terbesar di dunia tampaknya kurang substansi dengan kemajuan terbatas pada masalah struktural seperti transfer teknologi.
Dari Eropa dikabarkan bahwa mendekati tenggat waktu pada 31 Oktober nanti untuk kepergian Inggris dari Uni Eropa, sejumlah diplomat mengindikasikan blok itu menginginkan lebih banyak konsesi dari Perdana Menteri Boris Johnson dan mengatakan kesepakatan penuh tidak mungkin dilakukan pekan ini. Hal ini menimbukan was-was pelau pasar bahwa hrad brexit berpeluang besar terjadi.
Pada perdagangan awal pekan ini, Volume perdagangan masih tipis. Pasalnya bursa saham Tokyo tutup untuk libur nasional sementara AS juga libur untuk Hari Columbus.
Pada perdagangan GBPUSD, Poundsterling turun terhadap dolar dan euro setelah kedua belah pihak, baik Inggris dan Uni Eropa menekankan pada akhir pekan bahwa ada jalan panjang untuk pergi sebelum mereka bisa menyetujui kesepakatan Brexit. Sterling sempat melonjak akhir pekan lalu setelah London dan Brussels mengumumkan negosiasi “intens” untuk mencoba dan menyetujui kesepakatan Brexit sebelum 31 Oktober.
Euro berhasil mendapatkan daya dorong dan menutup perdagangan di wilayah positif. Sentimen didapatkan dari melemahnya Dolar AS. Pasar berubah sedikit tenang setelah minim sentiment data ekonomi. EURUSD kini berjuang untuk bertahan dan melanjutkan kenaikan minggu lalu. Laporan ekonomi menyebutkan produksi industri di zona Euro pada Agustus meningkat sebesar 0.4%. Tingkat pertumbuhan tahunan, merosot ke -2.8% dan jatuh jauh dari ekspektasi pasar -2.5%. Hasil ini membebani Euro, ungkap Eurostats. Sementara itu, wakil presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos menegaskan bahwa ia tidak mengharapkan zona Euro memasuki resesi. Ia juga menggaris bawahi bahwa perkembangan terakhir mengenai kesepakatan perdagangan AS-China merupakan suatu kabar yang baik.
Dalam perdagangan lainnya, Aussie beranjak dari posisi terendah, namun menjelang penutupan perdagangan kembali mendapatkan kontraksi. Meskipun hasil pembicaraan perdagangan antara AS-Cina menuai hasil yang positif, namun AUDUSD gagal memanfaatkan pergerakan bullish mereka, di tengah kenaikan Dolar AS yang moderat. Minat beli terhadap greenback tumbuh oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS. Kenaikan ini menjadi satu-satunya faktor yang menahan Aussie melakukan kenaikan lebih lanjut. Tekanan jual menguat setelah data ekonomi Cina menunjukkan adanya penurunan laju impor yang lebih besar dari perkiraan sehingga menekan Aussie yang sensitif dengan neraca perdagangan China.
Pasangan USDJPY mencatat kenaikan hampir 150 pips pada pekan lalu, meski tekanan jual masih membebani Greenback. Tercapainya kesepakatan AS – China dan meningkatnya harapan kesepakatan Brexit memungkinkan aliran risiko mengambil kendali pasar. Namun, kurangnya rincian tentang “kesepakatan fase-satu” AS-Cina dan laporan selama akhir pekan menyebabkan sentimen pasar berubah pada hari Senin dan memaksa USDJPY menghapus sebagian keuntungannya.(Lukman Hqeem)