ESANDAR, Jakarta – Bank of Japan akan melonggarkan kebijakan moneter yang sudah super mudah saat ini, di tengah risiko perlambatan dan skeptisisme target inflasi bank sentral bisa tercapai. Dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters, sebanyak 29 dari 38 ekonom yang disurvey masih berharap langkah BOJ adalah mengurangi program stimulus besar-besaran.
Sementara sembilan analis, yang lebih banyak jumlahnya dari lima analis pada jajak pendapat bulan lalu, mengatakan bahwa bank sentral malah akan meningkatkan stimulus dengan langkah-langkah seperti membeli lebih banyak aset untuk membanjiri sistem keuangan dengan uang tunai dan mengutak-atik kata-kata dalam panduan ke depan.
Gesekan perdagangan AS – China dan kenaikan pajak penjualan yang akan datang pada bulan Oktober, disebut sebagai faktor yang memberikan tekanan pada ekonomi.
Hampir semua ekonom yang disurvei, 33 dari 36, mengatakan mereka tidak setuju dengan desakan BOJ bahwa inflasi mempertahankan momentum mencapai 2 %. Jajak pendapat Reuters terbaru ini diambil pada 7-20 Februari.
Bulan lalu, bank sentral memangkas perkiraan inflasi tetapi mempertahankan status quo dalam program stimulus besarnya ketika Gubernur Haruhiko Kuroda memperingatkan akan meningkatnya risiko ekonomi dari proteksionisme perdagangan dan goyahnya permintaan global.
Banyak ekonom yang memperkirakan bank sentral akan mengurangi stimulus mengatakan bahwa akan terjadi hingga sekitar tahun 2020 atau lebih.
Shigeto Nagai, kepala ekonomi Jepang di Oxford Economics, mengatakan BOJ telah kehilangan kesempatan untuk menormalkan kebijakan, sebelum kenaikan pajak penjualan, karena meningkatnya ketidakpastian global. (Lukman Hqeem)