Harga emas naik meski dolar AS juga naik

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas turun kembali dari level tertinggi 10 bulan pada hari Kamis (21/02), menderita penurunan satu hari terbesar sejak Agustus.  Penurunan ini terkait dengan risalah pertemuan FOMC yang dirilis kemarin, karena dianggap kurang greget dovishnya.

Akibatnya, investor memilih untuk selekasnya membukukan keuntungan yang diraih dari reli sebelumnya. Dolar AS disisi lain turut memberikan sumbangan penurunan ini dengan penguatan yang dilakukannya bersama dengan kenaikan imbal hasil obligasi. Pada hari Kamis, Indeks Dolar AS naik 0,2%, sedangkan imbal hasil obligasi tenor 10-tahun naik.

Secara teknis, penurunan ini memang sudah diantisipasi pelaku pasar. Setelah reli panjang, wajar jika investor melakukan aksi ambil untung. Dalam ukuran indek kekuatan relatif (RSI) secara harian, harga  emas telah mencapai posisi 77,22 di hari Rabu untuk kontrak berjangka bulan depan. Ini merupakan level tertinggi dalam sekitar satu tahun. RSI lazim digunakan investor sebagai ukuran kondisi kejenuhan pasar. Pasar yang jenuh, akan berpotensi untuk menggiring investor untuk melakukan aksi berbalik.

Untuk harga Emas pengiriman bulan April di bursa Comex, harga turun $ 20,10, atau 1,5%, berakhir di $ 1,327.80 per troy ons. Itu adalah penurunan dalam satu hari terbesar dengan persentase kerugian untuk kontrak paling aktif sejak 13 Agustus.

Sehari sebelumnya, harga emas mampu membukukan penutupan tertinggi sejak 19 April. Namun paska penutupan perdagangan, harga mulai mundur setelah risalah The Fed diluncurkan. Ini menjadi indikasi awal perubahan momentum perdagangan. Risalah tersebut adalah pendorong utama tindakan suram emas.

Meski The Fed menahan untuk menaikkan suku bunga, namun tersirat bahwa kenaikan suku bunga akan tetap dilakukan jika inflasi melampui target mereka. Tak heran sejumlah pihak menafsirkan risalah tersebut justru lebih hawkish daripada yang diharapkan.

Anggapan ini diperkuat dengan sejumlah pernyataan pejabat tinggi Bank Sentral AS. Mereka ini mengatakan bahwa membayangkan kenaikan suku bunga lain dan itu sudah cukup jauh.

Dolar AS sendiri menguat dan imbal hasil obligasi juga meningkat tajam. Kedua hal ini menjadi faktor penentu jatuhnya harga emas di hari Kamis. Emas yang sudah melakukan reli dihari sebelumnya, memerlukan sebuah momentum untuk memicu aksi ambil untung. Risalah The Fed yang bernada sedikit Hawkish ini menjadi pemicu dan kemudian jatuhnya harga didorong dengan penguatan Dolar dan kenaikan imbal hasil Obligasi AS.

Investor juga terus mengawasi pembicaraan perdagangan AS-China menyusul laporan bahwa negosiator telah mulai menjabarkan kesepakatan yang dapat membantu menyelesaikan pertengkaran yang sudah berjalan lama.

Sementara itu, data ekonomi AS dilaporkan dengan hasil bervariasi, klaim pengangguran, sebagai ukuran kasar PHK, turun 23.000 menjadi 216.000 yang disesuaikan secara musiman dalam tujuh hari yang berakhir 16 Februari, kata pemerintah, sementara pesanan keseluruhan untuk barang tahan lama – produk dimaksudkan untuk terakhir setidaknya tiga tahun – naik 1,2% yang disesuaikan secara musiman pada bulan Desember dari bulan sebelumnya, kata Departemen Perdagangan.

Menarik perhatian utama investor adalah melemahnya aktifitas bidang manufaktur, dengan pembacaan kinerja area Philadelphia, yang dikenal sebagai indeks Philly Fed, pada bulan Februari turun tajam ke wilayah negatif. (Lukman Hqeem)