ESANDAR, Jakarta – Dolar AS berbalik kembali dari kenaikan baru-baru ini pada perdagangan diakhir pekan, Jumat (25/01). Mencatatkan kinerja mingguan yang sedikit berubah menjelang pembicaraan perdagangan AS – China dan pertemuan Federal Reserve minggu ini. Indeks Dolar AS turun 0,8% ke 95,820. Dalam sepekan, indeks tutun 0,5%.
Shutdown yang terjadi berhasil diakhiri setelah Presiden Donald Trump menyampaikan adanya kesepakatan dengan Konggres. Setidaknya pemerintahan akan dibuka hingga pertengahan Februari. Sayangnya, berita ini tidak banyak membantu Dolar AS naik lebih tinggi lagi. Pelaku pasar justru lebih memperhatikan kabar seputar Eropa dan Inggris.
Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret tetapi belum menentukan hubungannya di masa depan dengan Brussels. Dalam sebuah kesempatan, Ratu Elizabeth II menyerukan agar orang-orang saling menghormati satu sama lain dan dengan sudut pandang yang berbeda satu sama lain, serta mencari titik temu, bagi pelaku pasar, hal ini ditafsirkan sebagai pernyataan politik mengenai negosiasi Brexit.
Sebelumnya sebuah laporan bahwa Partai Unionis Demokratik Irlandia Utara telah setuju untuk mendukung kesepakatan alternatif Brexit yang akan diajukan oleh Perdana Menteri Theresa May, yang akan dipilih oleh Parlemen pada hari Selasa. Kabar ini memberikan dorongan penguatan Poundsterling.
DUP sedang bernegosiasi dengan pemerintah May untuk menetapkan batas waktu pada apa yang disebut sebagai hambatan Irlandia, yang pada dasarnya menjamin tidak ada pemeriksaan pabean antara anggota UE, Irlandia dan Irlandia Utara setelah Brexit menendang, menurut surat kabar Inggris, The Sun.
Alhasil dalam minggu kemarin, Poundsterling mampu mencatatkan kinerja terbaiknya di antara mata uang G-10, dengan naik 2,5% terhadap Dolar AS. Perdagangan GBPUSD, diperdagangkan pada $ 1,3196, dibandingkan dengan $ 1,3065. Penguatan ini menggarisbawahi adanya ekspektasi pasar bahwa hasil Brexit akan menjauh dari skenario hard brexit.
Sementara saingan utama Dolar AS, Euro dalam perdagangan EURUSD menuai manfaat dari penurunan kali ini. EURUSD naik ke $ 1,1412, dari $ 1,1307. Bank Sentral Eropa pada hari Kamis mengakui risiko penurunan dalam ekonomi zona euro, sementara Jerman selaku negara dengan ekonomi terbesar dalam blok tersebut dilaporkan menurunkan prospek pertumbuhan produk domestik bruto 2019 menjadi 1% dari 1,8% pada musim gugur.
Greenback juga membalikkan pergerakannya terhadap yen Jepang dalam perdagangan USDJPY, yang memulai sesi dengan lebih kuat. Satu dolar terakhir dibeli ¥ 109,63, sedikit berubah di wilayah negatif, dibandingkan dengan tertinggi sesi di ¥ 109,95.
Di tempat lain, bank sentral China mengatakan akan menyuntikkan dana tambahan 250 miliar yuan atau $ 37 miliar ke bank-banknya dalam menanggapi perubahan rasio persyaratan cadangan yang ditargetkan bank, dimana terakhir kali dipotong pada awal bulan ini. People’s Bank of China juga menciptakan fasilitas swap obligasi yang memungkinkan untuk menukar hutang bank komersial dengan tagihan bank sentral. Inisiatif ini diatur untuk menangkal risiko perang dagang dengan AS, serta perlambatan ekonomi domestiknya.
Dengan latar belakang hal itu, Yuan China menguat terhadap dolar AS pada hari Jumat, dengan dolar membeli 6,7487 Yuan dalam perdagangan USDCNY, di Beijing atau turun 0,6%, dan diluar negeri dibeli pada 6,7535 yuan atau turun 0,6%. (Lukman Hqeem)