ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Asia bergerak lebih rendah pada hari Selasa (22/01) setelah Dana Moneter Internasional memangkas prospek global untuk 2019 dan 2020. Penurunan ini terjadi setelah China mengatakan ekonominya tumbuh pada laju paling lambat dalam 30 tahun pada kuartal terakhir 2018. Wall Street sendiri tutup untuk liburan pada hari Senin.
Indeks Nikkei 225 berkurang 0,5% dan Indek Kospi, Korea Selatan turun 0,6%. Indek Hang Seng Hong Kong, turun 0,9%.
Di antara saham saham yang menjadi sorotan adalah pengelola rantai toko swalayan FamilyMart naik 3,32% di Tokyo sementara Dai-ichi Life dan induk Uniqlo Fast Retailing justru jatuh. Di Hong Kong, perusahaan investasi real estat Wharf dan Link memimpin kenaikan sementara perusahaan teknologi seperti AAC, Sunny Optical dan Tencent turun. Di Korea Selatan, saham Samsung Electronics jatuh, bersama dengan pembuat chip SK Hynix.
Pada hari Senin, Dana Moneter Internasional memangkas estimasi pertumbuhan global 2019 menjadi 3,5% dari 3,7%, mengutip ketegangan perdagangan dan kenaikan suku bunga. Ini juga merevisi estimasi untuk 2020 menjadi 3,6%, turun dari 3,7%.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, yang mempresentasikan ramalan di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, mengatakan ekonomi global tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan di tengah meningkatnya risiko.
Sebelumnya pada hari itu, Cina melaporkan ekonominya tumbuh 6,6% pada tahun 2018. Ini adalah laju pertumbuhan paling lambat sejak 1990 dan memicu kekhawatiran sengketa perdagangan dengan Washington membuat hambatan pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Harga minyak mentah AS turun 28 sen menjadi $ 53,76 per barel dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Nilai kontrak naik 3,3% menjadi $ 54,04 per barel di New York. Minyak mentah Brent turun 47 sen menjadi $ 62,27 per barel. Itu ditutup pada $ 62,74 per barel di London. (Lukman Hqeem)