ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS bergerak lebih tinggi setelah tersandung dari awal perdagangan pertama tahun baru 2019. Investor melakukan aksi beli kembali saham-saham yang sudah jenuh harga jualnya.
Ditengah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global, “January Effect” nampak mulai terlihat setelah mengalami perdagangan dalam tahun terburuk sepanjang satu dekade terakhir. Indek Dow Jones naik 18.78 poin berakhir di 23,346.24, Indek S&P 500 naik 3.18 points, atau 0.1%, ke 2,510.03. Indek Nasdaq naik 30.55 poin atau 0.5%, ke 6,665.94.
Perdagangan berlangsung dengan volatile, dimana bursa saham AS sempat anjlok diawal perdagangan, terlebih setelah Apple Inc. menurunkan perkiraan penjualan kuartal liburan. Indek Dow Jones bahkan harus turun 11% atau lebih dari 300 poin. Indek S&P 500 turun lebih dari 1,4%, dan Nasdaq tenggelam lebih dari 2%.
Saham Apple sendiri turun 8%, di mana raksasa teknologi itu menyalahkan penjualan yang mengecewakan atas melemahnya permintaan di China. Berita itu memiliki dampak luas di industri teknologi, dengan beberapa nama teknologi terbesar, seperti saham Microsoft Corp dan Netflix Inc. jatuh.
Pada perdagangan di Asia, Investor masih bereaksi dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Baik bursa saham Jepang, Hong Kong dan Korea Selatan harus berakhir dengan turun. Dalam laporan terkini, Indek Manufaktur China menunjukkan aktifitas pabrikan di Negeri Tirai Bambu mengalami kontraksi, dengan turun ke 49,7 dari bulan November di 50,2. Ini merupakan pengukuran pertama kali yang turun di bawah angka indeks 50 sejak Mei 2017.
Sentimen negatif ini membuat para pedagang kembali melirik aset safe-haven dan menjatuhkan saham ke posisi terendah perdagangan harian. Jatuhnya pasar saham juga terjadi di tengah meningkatnya ekspektasi redanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China setelah Presiden Cina Xi Jinping mengirim pesan, yang menyoroti kerja sama bilateral.
Dalam perdagangan di Tokyo, Jepang, tekanan jual memang ringan namun konsisten, hingga membuat indek Nikkei 225 turun 0,30% ke level support 20.000.
Sementara bursa saham Korea Selatan dibuka pada tahun 2019 dengan catatan suram, terganggu oleh penjualan institusional dan asing di tengah beberapa sisi negatif untuk perushaaan Korean Inc. di tahun baru. Indeks Kospi utama Korea Selatan berakhir 1,52 persen lebih rendah pada hari Rabu di 2.010 setelah mengakhiri tahun perdagangan 2018 pada level 2041,04 di hari Jumat. Meski demikian, sentimen investor tetap bagus untuk saham Korea. (Lukman Hqeem)