ESANDAR, Jakarta – Harga emas dalam perdagangan di akhir pekan berusaha untuk mempertahankan laju kenaikannya. Jika ini terjadi, maka akan menjadi minggu kedua bagi Logam Mulia untuk berakhir di zona hijau.
Sentimen kenaikan harga dipicu dengan kabar baik rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Buenos Aires, Argentina akhir bulan ini. Kedua pemimpin negara ini akan membahas sengketa perdagangan antar kedua negara.
Presiden Xi Jinping dijadwalkan akan berbicara langsung Presiden AS Donald Trump guna merekonsiliasi perselisihan perdagangan di antara mereka. AS sendiri akan menaikkan tariff hingga 25 % pada impor China atau senilai $200 miliar berlaku pada 1 Januari dari tariff saat ini sebesar 10 %. Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif kepada semua impor dari China kecuali jika permintaan atau persyaratan AS dipenuhi.
Pelemahan dolar AS disatu sisi dan prospek tertahannya laju kenaikan suku bunga Federal Reserve juga mendukung naiknya harga emas untuk saat ini. Indeks dolar AS, yang mengukur performa greenback terhadap enam mata uang utama, turun dan bergerak lebih rendah setelah mencapai titik tertinggi 16-bulan di 97,69 pada awal bulan ini. Greenback sedang melemah karena potensi perlambatan ekonomi global menimbulkan keraguan tentang laju kenaikan suku bunga oleh The Fed di tahun depan.
Para investor menyikapi rencana pertemuan ini dengan bergerak untuk melindungi aset mereka. Sebagian besar investor memilih untuk mengambil posisi beli dan tahan dengan pertimbangan bahwa The Fed juga telah berubah sikap menjadi agak lunak.
Sejumlah data ekonomi AS terkini memang mengecewakan. Hal ini membuka spekulasi bahwa The Fed akan menahan diri untuk menaikkan suku bunga secara agresif pada 2019.
Setelah naik 1% pada minggu lalu, harga emas kini diperdagangkan naik 0,5% pada kisaran $1.227,90. Target kenaikan adalah bertahan diatas $1230, dimana level koreksi terbentang di $1210. (Lukman Hqeem)