ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS sebagian besar turun karena harga minyak jatuh, menyeret sektor energi turun tajam, dan resolusi perang dagang AS-Cina masih sulit dipahami.
Berusaha bangkit diawal perdagangan, dimana sejumlah saham teknologi yang berkapitalisasi besar mendapatkan kembali pijakan mereka setelah Dow dan Nasdaq menderita kerugian tiga digit pada sesi sebelumnya tetapi kemudian pasar gagal memanfaatkan momentum ini.
Indek Dow Jones turun 100,69 poin, atau 0,4%, ke 25.286,49; Indek S & P 500 turun 4,04 poin, atau 0,2%, menjadi 2,722.18; Indek Nasdaq naik tipis 0,1 poin ke 7.200,87.
Berdasarkan data statistik awal, People’s Bank of China melaporkan agregat aliran pembiayaan untuk ekonomi riil di China selama bulan Oktober, turun 471.6 milliar Yuan dari periode yang sama dua tahun lalu, menjadi 728.8 milliar Yuan. Dalam skala bulanan, data yang sama justru mencatat penurunan drastis sebesar 1.4766 triliun Yuan, meleset jauh dari perkiraan kenaikan sebesar 1.3 triliun Yuan.
Indek Hangseng Hong Kong naik 159 poin atau 0.6% dimana arus perputaran dana di pasar meningkat menjadi $90.872 milliar. Lonjakan ini terjadi menyusul adanya laporan yang mengatakan bahwa pejabat tinggi Cina dan AS tengah melanjutkan pembicaraan mengenai resolusi Perang Dagang. Secara teknis, Hang Seng berpotensi naik bila berhasil menembus diatas 25929, dengan target terdekat di 26415.
Buruknya keseimbangan antara penawaran dan permintaan pasar menjelang diberlakukannya pencatatan di Tokyo Stock Exchange pada 19 Desember mendatang, serta laporan pendapatan Apple yang tidak sesuai harapan pasar, telah memicu kekhawatiran di kalangan investor di bursa Tokyo. Ditambah lagi dengan kinerja bursa saham AS yang turun di sesi perdagangan sehari sebelumnya telah membenamkan indeks utama Jepang hingga lebih dari 2%.
Indek Nikkei turun 2.06% setelah mengalami penurunan hampir 800 poin di awal pembukaan perdagangannya. Sementara indek saham Topix, yang mencakup semua saham papan atas di bursa Tokyo, ditutup lebih rendah 2.0%. Level 21730 menjadi level kunci pergerakan Nikkei sebagai level support yang cukup kuat menahan tekanan jual .
Indek KOSPI berpeluang naik, terlebih dengan dorongan sejumlah indikator ekonomi yang positif. Meskipun sektor bisnis memburuk serta semakin ketatnya regulasi pinjaman bank oleh pemerintah Korea Selatan, namun laju pinjaman sektor rumah tangga negara tersebut mengalami peningkatan di bulan Oktober hingga lebih dari 10 triliun Won ($8.8 milliar).
Bank of Korea (BOK) dan Komisi Jasa Keuangan Korea Selatan (FSC), melaporkan pinjaman rumah tangga di institusi keuangan lokal naik menjadi 10.4 triliun Won selama bulan lalu. Dari jumlah tersebut, 7.7 triliun Won didapat dari perbankan, sementara 2.7 triliun won didapat dari non-perbankan.
Indek KOSPI berpeluang naik secara teknis jika mampu naik menembus 273.20. Taget jangka pendek di kisaran 276.65. Sedangkan sinyal turun dapat dikonfirmasi jika harga menembus ke 265.15 dimana target terdekat di 261.75. Tekanan jual masih cukup besar selama garis sinyal MACD masih berada di area negatif. (Lukman Hqeem)