ESANDAR, Jakarta – Dolar melemah terhadap euro dan sterling setelah kemenangan Partai Demokrat di DPR Amerika dalam Pemilu Sela yang hasilnya dihitung hari Rabu (07/11).
Kemenangan ini memberikan tenaga untuk menghalangi agenda Presiden Donald Trump dan mengkritisi pemerintahannya.
Awalnya, sejumlah analis mengatakan terpecahnya kendali Kongres untuk sementara bisa membebani dolar karena penguasaan Partai Demokrat terhadap DPR kemungkinan akan dilihat sebagai penolakan atas Presiden Donald Trump dan kebijakan yang mendorong pertumbuhan perusahaan.
“Jika Kongres terpecah, dengan Demokrat mengontrol DPR dan Republik menguasai Senat, prospek kebuntuan legislatif yang bisa menyulitkan Presiden untuk meloloskan sejumlah kebijakan seperti pemotongan pajak bagi kelas menengah, dan itu merupakan katalis negatif untuk dolar AS,” ujar Kathy Lien, Managing Director BK Asset Management.
Indek Dolar AS (DXY), turun 0,28 % ke 96,04. Dolar mengungguli sebagian besar mata uang utamanya tahun ini, mengambil keuntungan dari ekonomi domestik yang kuat dan suku bunga yang lebih tinggi.
Meski melemah dengan hasil Pemilu Sela ini, terlalu dini untuk mengatakan bahwa Dolar AS telah berbalik dari tren kenaikannya. Pasalnya, The Fed masih akan menaikkan suku bunga setidaknya satu kali diakhir tahun ini. Data ekonomi terkini, dimana ketenaga kerjaan AS sangat solid memperkuat keyakinan tersebut. Pasar mengantisipasi hasil pertemuan FOMC yang akan dirilis pada Kamis besok dengan kemungkinan tidak aka nada perubahan dengan rencananya.
Disisi lain, hasil pemilu Kongres yang merupakan DPR di AS dianggap tidak mungkin memiliki dampak material terhadap perselisihan perdagangan AS – China. Oleh sebab itu, Dolar diperkirakan juga akan mendapatkan dorongan kembali jika ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing meningkat.
Dalam sebuah kesempatan di Singapura pada Selasa kemarin, Wakil Presiden China Wang Qishan menegaskan sikap Beijing, bahwa China siap untuk membahas solusi untuk perang dagangnya dengan AS. Namun Wang juga memperingatkan bahwa China tidak akan lagi menjadi “ditindas dan ditindas oleh kekuatan imperialis.”
Pada perdagangan mata uang, EURUSD naik 0,15 % ke USD 1,1443, dari posisi tertinggi USD1,1473. Euro berpindah tangan sekitar 1,1 % di atas level terendah tahun ini, yakni USD 1,1301. Poundsterling naik 0,13 % lebih tinggi ke USD 1,3116, sedikit di bawah tingkat tertinggi tiga pekan USD 1,3142. Poundsterling tergelincir serendahnya di USD1,3023, pada hari Selasa. Dolar AS juga harus kehilangan 0,19 % terhadap yen, diperdagangkan pada posisi 113,21. Dimana pada awal sesi, yen menguat jadi 112,95. Sementara Dolar Australia diperdagangkan datar di USD 0,7245. (Lukman Hqeem)