ESANDAR, Jakarta – Para manajer investasi global masih melihat perang dagang sebagai “risiko” terbesar yang dihadapi investor.
Jajak pendapat ini dilakukan oleh Bank of America Merrill Lynch terhadap 185 manajer investasi, dengan nilai total kelolaan aset dana sekitar $534 juta, dilakukan pada 3-9 Agustus silam. Sekitar 57% dari manajer tersebut menyebut “perang dagang” sebagai risiko terbesar. Jawaban ini masih konsisten selama tiga bulan terakhir.
Resiko terbesar tersebut, terbukti tidak menyurutkan langkah investor untuk memburu saham-saham Amerika Serikat yang menarik. Dalam kajiannya, terbukti bahwa sejumlah investor terus menumpuk saham AS. Survei juga menemukan bahwa yang menjadi tujuan adalah ekuitas AS yang paling overweight sejak Januari 2015.
Alokasi ke ekuitas AS naik 10 poin persentase ke kelebihan bersih 19%, menjadikannya wilayah ekuitas teratas untuk pertama kalinya dalam lima tahun. Optimisme pelaku pasar, banyak didasari akan prospek penghasilan untuk perusahaan AS yang diyakini akan berada dipuncaknya, dalam masa 17 tahun ini.
Tak heran bila aksi menimbun saham ini mendorong indek S&P 500 keluar dari wilayah koreksi pada bulan Juli . Meski kini hanya kurang dari 2% di bawah kisaran tertinggi sepanjang masa pada bulan Januari.
Pada saat yang sama, kajian tersebut menemukan tingkat kas rata-rata naik menjadi 5% dari 4,7%. Menurut BAML, pembacaan di atas 4,5% adalah sinyal “beli” yang kontrante.
Survei, yang dilakukan sebelum krisis mata uang Turki hingga mencapai massa kritis, menemukan sedikit sekali investor yang melirik pasar saham negara berkembang.
Dalam hal rotasi, survei menunjukkan peserta membeli bank KBWB, dan terus berduyun-duyun ke aset surgawi yang dirasakan seperti ekuitas AS dan uang tunai. Mereka menjual sektor komoditas dan sektor pertahanan dan bahan mentah dan energi, BAML berkata. Alokasi ke sektor teknologi naik satu persen poin ke kelebihan 32% bersih, masih menyisakan sektor yang paling disukai.
Survei menemukan bahwa posisi “Beli FAANG + BAT” diidentifikasi sebagai perdagangan “paling ramai” sepanjang tujuh bulan berturut-turut. Akronim ganda mengacu pada raksasa teknologi AS Facebook Inc., Apple Inc., Amazon.com Inc., Netflix Inc. dan Google induk Alphabet Inc. dikombinasikan dengan saham-saham teknologi asal Cina Baidu Inc., Alibaba Group Holding Ltd. dan Tencent Holdings Ltd.
Sebanyak 54% responden mengatakan bahwa perdagangan saat ini merupakan yang paling ramai sejak kenaikan panjang dolar pada Desember 2015. (Lukman Hqeem)