ESANDAR, Jakarta – Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Pimco di antara para ekonom dan ahli strategi pasar saham menunjukkan bahwa resesi AS bisa terjadi kembali selama tiga sampai lima tahun ke depan.
Konsensus ini, meskipun pasar tampaknya tidak menetapkan secara pasti, dilihat dari penyebaran risiko dan keriangan. Sehingga menarik sebuah pertanyaan yang jawabanya bisa menjadi pertimbang, yaitu seberapa dalam dan berapa lama resesi berikutnya, dan apa tanggapan kebijakan yang mungkin ditimbulkannya.
Menurut Joachim Fels dan kawan-kawan di Pimco, semua jawaban ini sangat spekulatif, dan cenderung ke arah perkiraan yang lebih dangkal dan lebih lama. Namun demikian, resesi yang akan datang bisa berbentuk piring yaitu dangkal namun meluas, berbeda dengan sebelumnya yang berbentuk V, dalam tetapi lebih pendek.
Terdapat tiga landasan yang menjadi dasar pemikiran bahwa yang akan datang bisa jadi lebih buruk. Pertama, karena sejauh ini tidak ada tanda-tanda perusahaan atau perumahan yang mengalami overinvestment atau konsumsi berlebihan dalam perekonomian AS, dan sektor keuangan global terlihat lebih mantap daripada dalam beberapa siklus terakhir. Risiko utama pandangan ini adalah peningkatan tingkat leverage perusahaan non-keuangan, yang meningkatkan risiko siklus default utama bahkan dalam resesi awalnya dangkal.
Kedua, Resesi akan lebih lama, karena suku bunga yang relatif rendah, neraca bank sentral yang membengkak dan (di AS) defisit fiskal yang lebih besar membatasi ruang kebijakan untuk melawan resesi global. Terlebih lagi, mengingat tren yang tersebar luas ke arah nasionalisme dan proteksionisme ekonomi, resesi dapat memicu degrolisasi perdagangan dan perang mata uang, sehingga mengecilkan pai lebih jauh.
Selain itu, yang berikutnya ini bisa lebih berisiko daripada resesi standar pascaperang, karena beberapa alasan seperti ekspektasi inflasi sangat rendah pada awal hampir di mana-mana, kelemahan struktural di zona euro dapat terekspos, dan resesi akan meningkatkan risiko populisme ditujukan untuk redistribusi kekayaan dan penyitaan.
Sepuluh tahun setelah krisis keuangan, ekonomi global dan pasar keuangan dapat memasuki era baru dari perubahan radikal yang potensial yang akan membuat dekade berikutnya terlihat sangat berbeda dari yang terakhir. Investor yang menganggap masa depan akan menyerupai masa lalu pascakrisis dapat menjadi serangkaian kebangkitan kasar.
Dekade terakhir telah dicirikan oleh represi keuangan melalui regulasi dan bank-bank sentral yang dominan, sebagian besar kebijakan fiskal pasif atau restriktif, pertumbuhan yang lemah dalam produktivitas dan upah riil, inflasi yang lemah, perdagangan dan aliran modal yang hampir tak terhambat, dan rendahnya gejolak pasar dan makro. Sementara itu, tingkat utang global agregat terus meningkat. (Bersambung).