ESANDAR, Jakarta – Indeks bursa saham AS ditutup sebagian besar lebih tinggi pada hari Rabu (20/06), meskipun Indek Dow Jones masih membukukan penurunan harian ketujuh berturut-turut. Ini juga menjadi penurunan beruntun terpanjangnya sejak Maret 2017.
Perdagangan baru-baru ini telah didorong oleh ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan, yang telah mewarnai sentimen investor sejak Maret.
Indeks Dow Jones ditutup 42,41 poin, atau 0,2%, lebih rendah ke 24,657.80, mencatat kerugian harian ketujuh berturut-turut. Indeks S & P 500 naik 4,73 poin, atau 0,2%, menjadi 2,767.32, dengan tujuh dari 11 sektor utama ditutup di wilayah positif. Indeks Nasdaq ditutup naik 55,93 poin, atau 0,7%, menjadi 7.781,51. Kenaikan Nasdaq didorong oleh reli di saham bioteknologi.
Investor tampak tergoda kembali ke pasar setelah aksi jual pada perdagangan di hari Selasa. Aksi beli ini , dipicu oleh ancaman tarif AS hingga lebih dari $ 450 miliar pada produk Cina. Pemerintahan Donald Trump menyatakan pada Selasa malam, bahwa Cina telah melancarkan kampanye sistematis “agresi ekonomi.”
Kekhawatiran bahwa meningkatnya ketegangan perang dagang antar AS – Cina ini dapat berkembang menjadi angin sakal utama bagi pertumbuhan ekonomi global ke depan. Sentimen ini telah membayangi perdagangan selama berbulan-bulan. Para investor khawatir bahwa ekonomi berada di tahap akhir siklusnya, meskipun sebagian besar mengatakan bahwa resesi tidak ada hingga dibatas cakrawala.
Dalam sejarahnya, naiknya kembali indek bursa saham setelah terkoreksi cukup dalam masih menjadi hal yang wajar. Volatilitas pasar bersifat periodik dan hanya sementara saja. Setelah kekhawatiran itu memudar, Indek saham akan kembali menapaki jalur penguatannya.
Hal yang perlu dicermati terkait perang dagang ini adalah seberapa banyak kebijakan perdagangan tersebut akan berdampak pada valuasi dan fundamental saham. Jika tarif terus naik, hal itu akan berdampak negatif, dan bisa menggagalkan kepercayaan pasar. Meski demikian, banyak pula pendapat yang menyatakan bahwa ini hanya masalah retorika saja.
Sementara itu, defisit neraca AS saat inimengalami kenaikan sebesar 6,9% pada kuartal pertama sebagian besar karena kesenjangan perdagangan barang yang lebih luas. Penjualan rumah yang sudah ada berjalan pada tingkat tahunan sebesar 5,43 juta yang disesuaikan secara musiman dari perkiraan pada Mei, atau mengalami penurunan 0,4% dari bulan April, demikian data dari National Association of Realtors pada Rabu kemarin.
Gubernur Utama Bank Sentral AS, Jerome Powell mengatakan ekonomi AS tidak akan mengulangi pecahnya inflasi, sebagaimana yang terakhir terlihat pada tahun 1970-an, meskipun demikian ada paralelisme yang jelas dari pasar tenaga kerja yang ketat.
Bursa Saham Eropa sebelumnya telah memantul dari posisi hampir terendahnya dalam tiga minggu, begitu juga dengan bursa saham Asia juga mengalami kenaikan secara luas. Indeks Dolar AS DXY sendiri sedikit mengalami koreksi ke 95.029.
Harga Emas di bursa berjangka telah jatuh ke level terendahnya di tahun ini. Harganya tergelincir 0,3% dengan berakhir di $ 1,274.50 per troy ons. Sementara harga minyak naik 1,8%, dengan beakhir di harga $ 66,22 per barel, setelah data dari pemerintah AS yang mengungkapkan adanya penurunan pasokan minyak mentah secara mingguan terbesar sejak Januari.
Dari perdagangan mata uang digital, dilaporkan bahwa ada peretasan terhadap salah satu bursa mata uang kripto di Korea Selatan, Bithhumb. Meski mengalami kerugian sekitar $30 juta, namun pasar tidak banya bereaksi atas kabar ini. Harga Bitcoin naik dari kerugian sebelumnya dengan diperdagangkan lebih tinggi 0,3% pada 6.754,97, sementara Ethereum datar-datar saja di harga $ 537,36. (Lukman Hqeem)