ESANDAR, Jakarta – Jauh sebelum hari ini, sulit membayangkan terjadinya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong un. Hari ini akan dicatat dalam sejarah dunia, kedua pemimpin ini bertemu Capela Hotel, Sentosa Island, Singapura pada jam 9.00 pagi.
Pertemuan ini beberapa bulan yang lalu tampaknya tidak mungkin, dan kini terjadi hanya selang beberapa hari sebelum ulang tahun ke-72 Donald Trump pada hari Kamis esok. Kedua pemimpin tiba dengan sejumlah pembantu, pengawal dan diplomat di belakangnya. Kim hadir terlebih dahulu.
“Saya merasa sangat hebat. Kami akan memiliki diskusi yang bagus. Keberhasilan luar biasa. Ini akan sangat berhasil. Itu kehormatan saya. Kami akan memiliki hubungan yang hebat ”, sambutan presiden Donald Trump kepada wartawan ketika ia dan Kim duduk berseberangan satu sama lain beberapa saat setelah jabat tangan bersejarah di atas panggung yang dihiasi bendera AS dan Korea Utara. Presiden Donald Trump sebelumnya telah memperkirakan bahwa pertemuannya dengan Kim Jong Un akan memiliki “hubungan luar biasa”.
“Kami di sini, mengatasi segalanya,” kata Kim yang mengatakan kepada Donald Trump, menambahkan bahwa kedua negara itu mengatasi banyak rintangan dalam perjalanan mereka ke depan. “Itu benar,” kata sang presiden setuju.
Pada sesi pertama, Donald Trump dan Kim bertemu di ruangan tertutup selama 35 menit, dengan hanya sepasang penerjemah. Pertemuan empat mata ini menimbulkan kekhawatiran tentang risiko melakukan pertemuan monumental tanpa saksi lain. Namun demikian, Kim memang selalu melakukan pertemuan empat mata dalam pertemuan internasional sebelum melakukan pertemuan terbuka dengan semua delegasi.
Tête-à-tête diikuti oleh pertemuan yang lebih besar dan makan siang yang dihadiri oleh Kepala Staf Trump John Kelly, Penasihat Keamanan Nasional John Bolton dan Sekretaris Negara Mike Pompeo, kata Gedung Putih, bersama dengan rekan-rekan Korea Utara mereka.
“Pertemuan antara staf dan perwakilan berjalan dengan baik dan cepat … tetapi pada akhirnya, itu tidak masalah,” Trump tweeted sebelum pertemuannya dengan Kim. “Kita semua akan segera tahu apakah sebuah real deal, tidak seperti yang terjadi di masa lalu, bisa terjadi!”
Sejumlah pendapat dimedia sosial menyikapi peristiwa ini. “Gagasan buruk,” tweet Paul Haenle, mantan direktur China di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih di pemerintahan Obama dan George W Bush. “Aku bisa melihat Trump menyerah sangat sedikit sebagai gantinya.” Menurutnya, dalam pertemuan penting seperti itu Presiden harus didampingi para pembantunya. Selain memberikan perlindungan, juga memastikan ada staf yang bisa mencatat pertemuan tersebut secara akurat.
Namun ada pula preseden yang sudah mapan dimana para presiden bertemu secara pribadi dengan para pemimpin asing – termasuk dengan musuh-musuhnya dengan hanya ditemani penerjemah. Seperti yang dilakukan oleh mantan Presiden Barack Obama yang diketahui sesekali mengadakan obrolan dadakan dengan para pemimpin di sela-sela pertemuan puncak global, dengan hanya penerjemah mereka di sisi mereka.
Trump sendiri pernah mengangkat alis di awal masa kepresidenannya ketika dia bertemu dengan Rusia Vladimir Putin selama konferensi di Jerman dengan hanya seorang penerjemah Kremlin yang hadir.
Pada pertemuan pertama Presiden Ronald Reagan yang pertama dengan pemimpin Soviet di masa lalu Mikhail Gorbachev di Jenewa, Swiss, pada bulan November 1985, keduanya bertemu sendiri dengan hanya penerjemah yang dipercaya. Hanya 15 menit telah dialokasikan untuk diskusi, tetapi kemudian berlangsung selama satu jam penuh.
Tokoh politik, termasuk Demokrat, berharap Trump baik dalam usahanya mencari kesepakatan nuklir yang bisa diterapkan dengan Kim. “Good luck Mr President,” tweeted lama Partai Demokrat operatif dan pendukung Clinton Donna Brazile. “Banyak dari kita yang berdoa untuk pertemuan yang sukses di #Singapore.”
Trump pada hari Senin telah meramalkan pertemuan ini, dengan mengucapkan harapannya agar KTT bisa “berjalan dengan sangat baik” karena para pejabat dari kedua negara telah berusaha untuk mempersempit perbedaan tentang bagaimana mengakhiri kebuntuan nuklir di semenanjung Korea.
Pompeo sendiri mengatakan bahwa pertemuan itu bisa memberikan “kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengubah lintasan hubungan kita dan membawa perdamaian dan kemakmuran” ke Korea Utara.
Gedung Putih kemudian mengatakan diskusi dengan Korea Utara telah bergerak “lebih cepat dari yang diharapkan” dan bahwa Trump akan meninggalkan Singapura pada Selasa malam setelah KTT, 15 jam lebih awal dari yang direncanakan.
Tetapi laporan lain mengatakan bahwa Kim yang memutuskan untuk pergi lebih awal, meskipun Trump bersedia bertahan. Bagaimanapun juga, pertemuan ini jauh lebih baik dari kondisi di tahun lalu. Dimana hubungan antara keduanya memanas. Trump mengancam Korea Utara dengan “api dan kemarahannya”, mengejek pemimpin Korea Utara ini sebagai “Little Rocket Man,” dan Kim membalas dengan menagatakan Trump sebagai ” mentally deranged US dotard”. (Lukman Hqeem)