ESANDAR, Jakarta – Poundsterling Inggris naik terhadap dolar di perdagangan hari Kamis (17/05) sesi Asia setelah sebuah laporan pemerintah Inggris berencana untuk tetap berada di dalam uni pabean hingga tahun 2021. Sementara greenback melemah atas rival-rivalnya meski masih di kisaran tertinggi 2018.
Indeks Dolar AS turun 0,2% pada 93,191, bertahan di sekitar level tertingginya tahun ini, beringsut turun dari 93,391. Indeks telah berada pada kecepatan yang hampir tak henti-hentinya lebih tinggi sejak pertengahan April, meskipun itu memiliki beberapa hambatan baru-baru ini.
Penguatan dolar sebagian berasal dari kenaikan imbal hasil Obligasi AS yang meningkat. Obligasi 10-tahun menghasilkan 3,10%, posisi tertinggi dalam tujuh tahun.
Kenaikan Poundsterling Inggris, melonjak ke $ 1,3547 dari $ 1,3490. Sementara dalam perdagangan silang terhadap euro, GBPEUR melonjak menjadi € 1,1459 dari € 1,1426 pada akhir Rabu. Pada perdagangan mata uang lainnya, Euro terhadap Dolar AS naik ke $ 1,1825 versus $ 1,1807, mendekati posisi terendah sejak pertengahan Desember. Euro juga tetap lemah terhadap mata uang safe-haven franc Swiss, EURCHF, dan yen Jepang EURJPY, masing-masing pada level terendah lima minggu sekitar 1,1823 francs dan terendah enam hari di ¥ 130,38.
Dolar AS terhadap yen Jepang, USDJPY sedikit berubah dengan membeli ¥ 110,29, dari ¥ 110,39 pada akhir Rabu. Swiss franc turun kembali di bawah paritas terhadap greenback, yang dibeli 0,9998 franc Swiss USDCHF, dari 1,0012.
Poundsterling melambung menyusul laporan bahwa pemerintah Inggris berencana memberi tahu Brussel bahwa pihaknya berencana untuk tetap berada di Uni Bea Cukai Uni Eropa setelah 2021 dalam upaya untuk menghindari perbatasan keras dengan Irlandia.
Sebagaimana dilansir oleh Daily Telegraph, Perdana Menteri Theresa May telah sepakat bahwa Inggris akan tinggal di serikat itu untuk sementara, guna menjaga isu perbatasan tetap berfungsi setelah Brexit.
Dengan masih adanya Inggris dalam serikat pabean akan menawarkan stabilitas untuk bisnis berbasis di Inggris. Hal ini akan memberikan dukungan bagi poundsterling. May sendiri telah menolak gagasan opsi pisah pabean karena akan menghalangi upaya AS untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangan internasional.
Sementara itu, investor terus mengawasi masalah geopolitik. Para pejabat AS mengatakan bahwa mereka merencanakan untuk melanjutkan dengan pertemuan puncak yang ditetapkan untuk 12 Juni dengan pemimpin Korea Utara di Singapura, menyisihkan komentar dari seorang pejabat senior Korea Utara pekan ini yang menimbulkan keraguan bahwa pertemuan bersejarah akan berlangsung.
Pyongyang, dalam pernyataan panjang di hari Rabu, mengatakan tidak tertarik pada pertemuan yang akan fokus murni pada denuklirisasi. Mereka melihat itu sebagai upaya AS mendenuklirisasi Korea Utara sebagaimana dengan negara Libya.
Investor Euro terus memantau Italia, setelah muncul laporan mengenai draf proposal dari dua partai utama Italia yang secara radikal akan mengubah hubungan negara dengan negara-negara Eropa lainnya. Berita itu berhasil menggigit saham dan obligasi Italia pada hari Rabu.
Dengan pasangan EURUSD kembali di atas 1,1800, yang merupakan titik impas untuk menilai sentimen perdagangan dalam jangka pendek. Selama 48 jam ke depan akan terlihat setidaknya pasar akan cenderung bergerak naik atau terdesak turun. Dengan catatan bahwa EURUSD dapat menyelesaikan catatan kinerja mingguan tetap di bawah 1,1850, akan mengisyaratkan USD bullish. Tetapi apabila penutupan di bawah 1,1775 akan mengisyaratkan tren penurunan lebih lanjut.
Indikator ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain adalah data klaim pengangguran mingguan dan indeks Philly Fed untuk bulan Mei keduanya akan diumumkan pada 8:30 pagi Waktu Timur AS, diikuti oleh indikator utama untuk April. Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari akan berdiskusi pada pukul 10:45 pagi di Timur. Sementara pada laporan sebelumnya disebutkan bahwa bursa saham AS ditutup sedikit naik, dengan semua tiga indeks utama di hijau, meskipun terjadi risiko geopolitik. (Lukman Hqeem)