ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Asia-Pasifik mundur pada hari Jumat (20/04) setelah dua hari kenaikan beruntun. Pandangan suram atas kinerja Taiwan Semiconductor mendorong penurunan disektor teknologi.
Taiwan Semiconductor, salah satu pembuat chip terbesar di dunia, memperkirakan penjualan kuartal kedua turun 10% di bawah perkiraan analis, dengan alasan permintaan yang lembut untuk smartphone kelas atas. Ramalan ini mengirimkan Indeks Semikonduktor Philadelphia turun 4,3% pada Kamis di AS. Saham TSMC turun hampir 6% di jalur hari terburuk mereka sejak 2013.
Saham AAC, juga turun 6% di Hong Kong, menyentuh posisi terendah dalam delapan bulan ini, sementara produsen lensa Sunny Optical turun 3%. Di bursa Jepang, Tokyo Electron turun 2,4% di sesi pagi, sementara dari Korea Selatan dikabarkan bahwa saham Samsung turun 1,5%.
Peringatan dini dari Taiwan Semi seakan mengkonfirmasi “kekhawatiran akan permintaan iPhone yang lemah”. Tak heran berimbas dengan membebani pemasok Apple, termasuk Taiwan Semiconductor tersebut. Saham Apple sendiri jatuh 2,8% pada hari Kamis. Namun, investor diingatkan agar tidak boleh memiliki kekhawatiran yang lebih luas tentang perkiraan Taiwan Semiconductor ini. Karena dalam jangka panjang tidak akan demikian.
Sementara itu, dampak perang dagang masih segar di pasar, investor masih harus berhati-hati. Dengan sejumlah ketidakpastian baru, investor nampaknya mencoba mengambil untung di akhir pekan ini.
Indek Nikkei, yang berbalik lebih tinggi pada tengah hari berkat yen yang lebih lemah, pindah kembali ke wilayah negatif dalam perdagangan sore hari. Jumat pagi, pemerintah mengatakan harga konsumen inti Jepang naik 0,9% dari tahun sebelumnya di bulan Maret, dibandingkan pembacaan Februari sebesar 1%.
Sementara itu, imbal hasil obligasi juga bisa menjadi perhatian lagi, seperti yang terjadi pada awal Februari ketika kelemahan dalam pendapatan tetap membantu memicu penurunan saham global pertama sejak 2016.
Imbal Obligasi 10T AS kembali naik di atas 2,9% pada hari Kamis sementara Obligasi Jerman sebanding di atasnya 0,6%, posisi tertinggi dalam sebulan, sebagian didorong oleh meningkatnya ekspektasi inflasi, ungkap Commerzbank.
Investor bisa mencermati pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak, OPEC di mana potensi untuk memperpanjang batas produksi mungkin dibahas. Harga Minyak berjangka di Asia masih datar-datar saja setelah mencapai harga tertinggi 3½ tahun di minggu ini. (Lukman Hqeem)