ESANDAR, Jakarta – Selama beberapa minggu terakhir, ketidakpastian kebijakan telah menjadi pendorong pergerakan terbesar di pasar saham AS. Sentimen Bursa banyak dipengaruhi isu politik, meski sejatinya kebijakan The Federal Reserve adalah yang utama,
Investor resah dengan kebijaksanaan proteksionis Presiden Donald Trump. Hal ini terbukti memicu perang dagang. Pasar juga terbebani dengan sejumlah masalah baru-baru ini seputar perusahaan-perusahaan internet. Sejatinya, dalam jangka panjang, risiko kebijakan nyata yang dihadapi Wall Street mungkin tidak berasal dari Gedung Putih atau Kongres, tetapi dari The Federal Reserve itu sendiri.
Bank Sentral AS secara bertahap telah mengalihkan kebijakan moneternya dengan dua cara signifikan. Pertama dengan menaikkan suku bunga dan kedua dengan mengurangi ukuran neraca keuangannya. Suku bunga rendah dan program pembelian obligasi The Fed terbukti berkontribusi terhadap reli besar pasar saham selama dekade terakhir. Disisi lain, perubahan pada kebijakan ini telah banyak ditranslasikan, analis mengatakan Wall Street masih belum menghargai risiko yang mereka wakili.
“Tahun-tahun akumulasi kebijakan yang terakumulasi, kurangnya ruang manuver Fed dan gelombang kejut dari kebijakan adalah risiko S&P 500 yang akan dihadapi, bukan laba perusahaan atau pertumbuhan ekonomi,” kata Barry Bannister, kepala strategi ekuitas institusional di Stifel. Bannister telah memperingatkan tentang risiko yang terkait dengan Fed untuk sementara waktu. Ia baru-baru ini berspekulasi bahwa jika Fed salah menangani transisi ke kebijakan yang lebih dinormalisasi, justru akan memicu pasar bergerak turun “luar biasa cepat”, yang mengarah ke “dekade yang hilang untuk saham,” ” atau 10 tahun tanpa hasil yang positif.
Analis lain tidak begitu bearish, tetapi mereka bulat-bulat mengatakan bahwa kebijakan moneter adalah salah satu faktor utama yang akan mendorong perdagangan saham selama beberapa tahun mendatang. Hal ini sebanding dengan pentingnya pendapatan perusahaan, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi. Beberapa faktor ini saling terkait dan terjalin, sehingga menambah kompleksitasnya.
Berubahnya kebijakan The Fed telah berkontribusi pada aksi pasar baru-baru ini. Termasuk kenaikan imbal hasil Obligasi 10 yang naik menjadi 2,82% dari 2,41% pada awal tahun. Sebelumnya imbal hasil ini bergerak setinggi 2,94% pada akhir Februari, tertinggi empat tahun. Kenaikan imbal hasil itu berarti harga Treasury telah turun, karena keduanya bergerak terbalik satu sama lain.
Kenaikan imbal hasil dan suku bunga, diikuti dengan ketakutan bahwa inflasi dapat merugikan pasar kembali. Kedua tren ini memicu koreksi pertama dalam sekitar dua tahun untuk Indek Dow Jones dan S & P 500. BERSAMBUNG… (Lukman Hqeem)