ESANDAR, Jakarta – Indek Harga Konsumen (IHK) AS naik untuk bulan Februari, demikian data yang dirilis pada hari Selasa. Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan IHK naik 0,2% bulan lalu. Dalam 12 bulan sampai Februari, IHK naik 2,2%. Kedua data tersebut sesuai dengan konsensus.
Sementara itu, IHK inti yang menjadi acuan utama the Fed dalam menilai potensi inflasi, meningkat sebesar 0,2% dari bulan sebelumnya. Angka ini sesuai dengan perkiraan para ekonom. Para pedagang gagal mendapat kejutan pada sisi positifnya. Secara tahunan, angka inflasi utama tumbuh menjadi 2,2% dari 2,1%, sedangkan angka inflasi inti rata-rata 1,8%. Seiring dengan pertumbuhan upah, yang mengecewakan harapan minggu lalu.
IHK inti mengukur tekanan dasar harga konsumen, diluar harga makanan dan energi. Harga inti dilihat oleh The Federal Reserve patokan yang lebih baik dalam menilai inflasi jangka panjang karena mengecualikan harga makanan dan energi yang mudah bergejolak. Bank sentral mencoba mengarahkan inflasi inti 2% atau kurang.
Dolar AS tergerus keuntungannya dan jatuh ke wilayah negatif setelah laporan IHK. Indeks Dolar AS, turun ke level 89,866. Dalam perdagangan USDJPY, Yen menguat terhadap dolar karena skandal politik yang melanda pemerintahan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menimbulkan keraguan tentang kemampuannya untuk terus mengejar kebijakan ekonominya, termasuk pelonggaran moneter. Yen diperdagangkan pada 106,44 per dolar AS, setelah menguat 0,4 persen hari sebelumnya karena skandal kronisme Abe menarik perhatian baru dari pelaku pasar.
Departemen Keuangan mengakui pada hari Senin bahwa pihaknya mengubah dokumen yang berkaitan dengan penjualan properti milik negara yang didiskontokan kepada seorang operator sekolah yang memiliki hubungan dengan istri Abe. Kecurigaan yang ditutupi ini bisa memangkas peringkat Abe dan melepaskan kans-nya untuk jabatan ketiga sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) dalam pemilihan suara LDP pada bulan September. Juga menimbulkan keraguan atas kebijakan refleksi konstitusional Abe, yang dia dorong sejak pemilihannya di tahun 2012 dan memasukkan upaya untuk melemahkan yen. Meskipun keraguan tersebut telah memberikan dukungan pada yen, kekhawatiran atas risiko politik Jepang memiliki pengaruh yang relatif kecil pada pasar yang lebih luas sejauh ini.
The Fed akan mengadakan rapat kebijakan berikutnya pada 21-22 Maret, ketika bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk yang pertama kalinya untuk setidaknya tiga kali tahun ini. Kenaikan suku bunga pada pertemuan ini telah lama dianggap sebagai sebuah kesepakatan sementara. Sebaliknya, kenaikan lain diyakini akan terjadi di bulan Juni, dianggap sepenuhnya masih sebagai sebuah perhitungan. Para pedagang juga sadar bahwa prospek kenaikan suku bunga AS, secara teoritis positif terhadap dolar, mungkin tidak harus mengangkat mata uang AS, mengingat faktor lain membebani dolar.
Sebagian besar pembuat kebijakan Bank of Japan berpandangan bahwa bank sentral harus “terus-menerus” mengejar dampak yang kuat dari pengaruh pelonggaran moneter, hasil risalah pada pertemuan suku bunga dibulan Januari, meskipun beberapa pejabar meminta perlunya untuk menarik kembali potensi dari stimulus besar.
“Beberapa anggota mengatakan bahwa penting untuk terus memantau dan menilai dampak positif dan efek samping dari kebijakan pelonggaran moneter saat ini, termasuk pengaruhnya terhadap sistem keuangan Jepang,” risalah tersebut pada hari Rabu. Pada pertemuan kebijakan bulan Januari, BoJ mempertahankan pengaturan moneter tidak berubah dan menawarkan pandangan optimis tentang ekspektasi inflasi. (Lukman Hqeem)