Esandar, Jakarta – Presiden AS. Donald Trump bersikeras, tidak akan mundur dari rencananya untuk mengenakan tarif impor baja dan aluminium. Aksi tersebut diperkirakan akan datang minggu ini, dengan memperkenalkan tarif 25 persen untuk baja dan tarif 10 persen untuk aluminium.
Pengumuman tersebut seharusnya tidak mengejutkan, mengingat sejak masa berkampanye, Trump telah mengagendakan “America First”. Sejak terpilih, Trump mengulang janjinya untuk memperjuangkan nama Amerika melawan apa yang dilihatnya sebagai kompetisi asing yang tidak adil. Bahkan sebelum peresmiannya dia bersumpah untuk menerapkan “pajak perbatasan” besar untuk bisnis yang menggeser pekerjaan di luar negeri.
Tapi di tahun pertamanya berkantor, Donald Trump memang tidak menindaklanjuti banyak janjinya tersebut, retorikanya akhirnya memudar dengan latar belakang kenaikan saham AS. yang melonjak ke rekor tertinggi. Keputusannya untuk mengenakan tarif pada panel surya dan mesin cuci pada bulan Januari, memberi petunjuk bahwa ia akan lebih banyak bertindak dalam perdagangan dikemudian hari. Donald Trump mengkonfirmasi rencana tersebut pada hari Jumat, dengan melakukan cuitan “perang dagang itu baik, dan mudah untuk menang.”
Investor sekarang sepakat bahwa presiden AS ini dapat mengatakan apa yang dia katakana. Termasuk antara lain, ancaman Donald Trump untuk menarik AS dari Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dan sebuah pakta perdagangan dengan Korea Selatan jika negosiasi ulang tidak berjalan. Trump juga mengancam untuk menghukum Cina atas dugaan praktik kekayaan intelektualnya yang tidak adil.
Keputusan presiden untuk mengenakan tarif 25 persen pada baja impor dan 10 persen pada aluminium meningkatkan probabilitas pemerintahannya akan melakukan pendekatan hawkish terhadap isu perdagangan lainnya, seperti pembicaraan untuk merombak NAFTA, ekonom Goldman Sachs, Alec Phillips mengatakan dalam sebuah catatan penelitian. “Kami mengharapkan perkembangan perdagangan yang mengganggu lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang, termasuk negosiasi Nafta yang terhenti dan pembatasan potensial terhadap perdagangan dan investasi China,” tulis Phillips pada hari Jumat.
Saat ini, para Negosiator dari AS., Kanada dan Meksiko tengah berkumpul di Mexico City selama lebih dari seminggu dalam putaran ketujuh untuk mengupayakan berbagai perjanjian terkini dalam kerangka NAFTA. Namun perundingan telah macet karena proposal AS. dirancang untuk mengurangi defisit perdagangannya, seperti persyaratan konten yang lebih ketat pada mobil.
Goldman melihat jalan buntu akan ada didepan mata, dimana akan menjadi alasan “bagus” bagi Donald Trump untuk menarik diri dari perjanjian tersebut. Perundingan tersebut tampaknya akan melewati tenggat waktu yang ditetapkan hingga akhir Maret. (Lukman Hqeem)