ESANDAR, Jakarta – Pernyataan Presiden Donald Trump pada 1 Maret bahwa dia menaikkan tarif baja dan aluminium, berujung pada konsekuensi ekonomi dan politik yang keras dari beberapa anggota parlemen Republik, dan memicu ancaman pembalasan dari sekutu seperti Uni Eropa.
Trump tidak bermaksud tunduk pada tekanan untuk pembebasan untuk beberapa negara saat dia menandatangani pesanan tarif formal pada awal minggu ini, menurut dua penasihat perdagangannya, walaupun mungkin ada pengecualian usaha dalam kasus-kasus tertentu.
Presiden A.S. Donald Trump mengatakan Senin bahwa dia “tidak mundur” dari rencananya untuk mengenakan tarif impor baja dan aluminium. Aksi tersebut diperkirakan akan datang minggu ini, dengan Trump sebelumnya mengumumkan rencana untuk memperkenalkan tarif 25 persen untuk baja dan tarif 10 persen untuk aluminium. Tugas baru tersebut akan merugikan Korea Selatan, pengekspor produk baja nomor 3 ke A.S. tahun lalu, setelah Kanada dan Brasil.
“Orang-orang harus mengerti, negara kita, dalam perdagangan, telah disobek-sobek hampir oleh seluruh negara di dunia, entah itu teman atau musuh – semua orang,” kata Trump menjelang pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.
Sebelumnya, Trump juga telah menyebut Cina dan Rusia, dan dia menambahkan bahkan “orang-orang yang kami anggap luar biasa” – Uni Eropa – telah membangun hambatan perdagangan yang “jauh lebih buruk daripada tarif.” Merespon ini, Uni Eropa telah berjanji untuk membalas dengan memberlakukan tariff atas barang-barang konsumen buatan A.S. seperti sepeda motor Harley-Davidson dan celana blue jeans Levis.
“Kami tidak mundur,” balas Trump.
Trump menambahkan jika renegosiasi ulang Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan Meksiko dan Kanada tidak menghasilkan hasil yang diinginkan, dia akan menghentikan kesepakatan tersebut. Namun, dia menolak kekhawatiran tentang perang dagang. “Saya tidak berpikir Anda akan melakukan perang dagang,” katanya.
Tarif yang diusulkan tersebut mendapat tentangan yang sebelumnya jarang terjad dari anggota Partai Republik Trump sendiri, termasuk Ketua DPR Paul Ryan dari Wisconsin. Paul Ryan berpendapat bahwa langkah-langkah tersebut dapat menghapus keuntungan ekonomi dari pengurangan pajak perusahaan baru-baru ini.
Korea Selatan sejak awal ragu untuk bertindak melawan keputusan AS tersebut. Karena mereka tengah dalam proses menegosiasikan kembali kesepakatan perdagangan bebasnya dengan ekonomi terbesar di dunia. Pemerintahan Trump sebelumnya mengusik tariff murah pada mesin cuci dan panel surya asal Korea di awal tahun ini.