ESANDAR, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi AS pada kwartal empat meleset dari perkiraan. Kondisi ekonomi negara terbesar di dunia ini berjalan baik-baik saja. Data terakhir menggarisbawahi usaha keras Presiden AS Donald Trump untuk membawa ekonomi AS tumbuh dengan 3 % secara berkelanjutan.
Produksi domestik bruto sebesar 2,6 % yang dilaporkan oleh Departemen Perdagangan pada hari Jumat (26/01/2018), di bawah perkiraan Bloomberg sebesar 3 % . Namun, belanja konsumen melonjak 3,8 persen, yang terbaik di lebih dari satu tahun, investasi peralatan bisnis tumbuh paling cepat dalam tiga tahun dan sektor perumahan pun memberikan kontribusi yang kuat. Kategori perdagangan dan persediaan barang yang lebih volatile bersama-sama mengalami penurunan 1,8 poin persentase dari pertumbuhan.
Perekonomian AS mendapat dukungan yang solid dari berbagai sektor hingga memasuki 2018 dan langkah Presiden Trump untuk memotong pajak akan membantu permintaan. Meskipun demikian, kecepatan belanja rumah tangga, yang mencapai sekitar 70 persen dari ekonomi, mungkin tidak akan mengulangi kinerjanya baru-baru ini dalam waktu dekat di tengah kenaikan upah yang masih moderat dan beban utang yang lebih tinggi.
Laporan tersebut juga menunjukkan bagaimana kesenjangan perdagangan yang melebar dapat mengambil keuntungan dari PDB di mana permintaan domestik yang kuat mendorong impor pada kuartal terakhir, di sisi lain ekspor gagal mengimbanginya bahkan dengan kenaikan pertumbuhan global dan melemahnya dolar AS. Kenaikan suku bunga Federal Reserve juga dapat membebani ekspansi.
Seandainya PDB pada hari Jumat dapat memenuhi perkiraan, ini akan menjadi kuartal ketiga berturut-turut pertumbuhan 3 persen atau lebih baik, beruntun terpanjang sejak tahun 2005. Keyakinan bisnis yang lebih tinggi sejak Trump terpilih mungkin memainkan peran dalam mendorong lebih banyak investasi perusahaan dan langkah menurunkan tarif pajak mungkin dapat memperpanjang kebangkitan ekonomi AS.
Sementara itu, nilai ekspor AS tercatat mengalami kenaikan 5,4%. Meski bukan dalam jumlah yang banyak, namun ini sangat penting berarti karena sebagai pembalikan arah dari penurunan ekspor yang terjadi pada 2016.
Kenaikan ekspor ini, mengindikasikan peningkatan aktifitas manufaktur. Tak heran sebanyak 200 ribu lapangan kerja tercipta pada 2017. Padahal setahun sebelumnya, justru banyak terjadi pemangkasan pekerja.
Faktor kunci bagi perusahaan manufaktur, salah satu sektor yang ingin digenjot oleh Presiden Trump, adalah nilai dolar AS. Melemahnya dolar AS membuat produk negara tersebut menjadi lebih terjangkau bagi para pembeli asing. Dolar AS kehilangan sekitar 10% dari nilainya pada tahun lalu dan masih merosot hingga bulan pertama tahun ini akan berakhir.
Mata uang lain di seluruh dunia terangkat, setelah bank-bank sentral masing-masing negara menarik kembali stimulus mereka dan ekonomi mereka juga sudah terlihat lebih sehat.
Sementara itu, para ekonom, bahkan di IMF, memperkirakan bahwa pemotongan pajak akan mendorong ekonomi AS tahun ini meskipun langkah tersebut diyakini tidak akan mengubah arah dalam jangka panjang. IMF memprediksi pertumbuhan akan kembali ke tingkat sedikit di atas 2% pada tahun 2019 atau 2020. Perkiraan IMF itupun telah menyeret dolar AS lebih rendah.
Presiden Trump mengatakan kepada CNBC pada hari Kamis (25/1) bahwa dia mengharapkan dolar AS akan “lebih kuat dan lebih kuat” di masa depan. Sejak awal tahun, dolar AS turun 3,3% ke level terendah dalam tiga tahun. Namun sekali lagi, para ekonom tetap menunjuk pada ekonomi negara-negara lain yang sedang mengejar ketinggalan yang menjadi faktor lain pelemahan mata uang AS.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun kedua dari ekonomi Trump atau lebih dikenal sebagai Trumponomics bahkan mungkin lebih baik. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 2,7%. Jika perkiraan lembaga pemberi pinjaman dunia itu benar maka seluruh dunia juga bisa menikmati keuntungan darinya. Untuk pertumbuhan global, para pejabat IMF melihat akan meningkat lagi tahun ini menjadi 3,9%. (Lukman Hqeem)