ESANDAR, Jakarta – Pada perdagangan Kamis (21/12/2017) dolar AS masih berusaha menguat kembali. RUU Perpajakan yang tinggal diundangkan oleh Presiden Donald Trump menjadi tumpuan kenaikan lebih lanjut. Di Asia sendiri, penguatan Dolar diharapkan dapat terdorong dengan rapat suku bunga Bank of Japan serta sejumlah data-data ekonomi.
Perdagangan kemarin, Dolar AS mengalami tekanan sehingga mengakibatkan EURUSD mampu ditutup menguat di level 1,1871, GBPUSD ditutup melemah di level 1,3373, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7665 dan USDJPY ditutup menguat di level 113,38.
Reformasi pajak AS ini sepanjang 2 bulan ini selalu menjadi pro dan kontra di pasar perdagangan dunia, ada yang melihat bahwa reformasi pajak merupakan anugerah bagi ekonomi AS, ada juga pihak yang melihat reformasi pajak ini merupakan jembatan pembuka tabir bagi jenis resesi ekonomi model baru. Kedua belah pihak yang berlawanan ini selalu ingin mengusik hati investor, apakah investor harus beli dolar ataukah harus melepasnya.
Biaya pajak ini mencapai $1,5 triliun dan bisa berlangsung lebih dari 10 tahun defisit tersebut, besar memang biayanya bagi AS yang terus menghadapi penambahan plafon hutang anggaran pemerintah sejak Trump jadi presiden awal tahun ini. Sisi tersebut memang tidak akan membuat kinerja dolar AS membaik.
Di sisi lain reformasi pajak memang bisa mendorong laju pertumbuhan ekonomi AS dimana belanja investasi dan belanja konsumen dalam negeri bisa menguat disertai dengan masuknya dana repatriasi milik perusahaan-perusahaan besar AS, sehingga bisa membuat inflasi yang meningkat. Maka bank sentral AS justru mengalami tekanan untuk terus meningkatkan suku bunganya. Diperkirakan bahwa reformasi pajak ini bisa membuat The Fed di 2018 menaikkan suku bunganya 4 kali. Mendengar kata kenaikan suku bunga berarti emas harus melemah.
Persoalan utama adalah dana repatriasi pengusaha AS tersebut sangat sulit kembali ke AS sehingga harapan Trump ini memang sangat kecil keberhasilannya untuk mendongkrak kinerja ekonominya. Pasar dapat dipastikan akan kembali fokus ke sisi fundamental ekonomi hari ini dimana data laju PDB AS akan rilis disertai dengan klaim pengangguran mingguannya.
Data PDB AS akan menjadi panutan bagaimana ekonomi AS di kuartal pertama nanti, apakah lebih melaju atau lebih melamban. Menganalisa dari sisi penjualan eceran dan persediaan barang, dapat dipastikan bahwa PDB AS masih bisa di atas 3%, dengan demikian ada harapan bagi dolar AS untuk menatap jalur perbaikannya. Sedangkan klaim pengangguran yang merupakan perwujudan bagaimana kesehatan tenaga kerja AS, tentu memberi arah bagaimana NFP selanjutnya. Selama klaim tersaji di bawah 240 ribu maka situasi tenaga kerja AS masih ketat dan tentu ini bagus buat dolar AS juga.
Dari luar AS, rapat suku bunga BoJ akan mendapat perhatian penting di pasar dengan melihat seberapa besar keberanian bank sentral Jepang ini untuk menaikkan prediksi pencapaian pertumbuhan ekonomi dan inflasi Jepang yang lebih tinggi atau tidak untuk tahun-tahun selanjutnya. (Lukman Hqeem)