ESANDAR, Jakarta – Ditengah bayang-bayang penguatan Dolar AS, terbukti harga emas sepanjang tahun ini masih mampu naik hampir 9%. Emas bukan hanya gemilang, namun masih menjanjikan sebagai tujuan investasi.
Kinerja emas masih dipandang cukup bertahan. Penguatan harga emas menjadi yang terbaik diantara komoditas lainnya. Harga emas secara tahunan, masih dalam kisaran harga tertingginya. Ditahun 2018, diperkirakan harga emas masih terus membentuk lintasan yang cemerlang.
Dalam laporan kinerja emas yang terbaru dan diterbitkan World Gold Council, dinyatakan bahwa sebagian perhatian investor mungkin terfokus pada pasar saham AS yang terus mencatatkan rekor kenaikannya. Meski demikian, investasi emas masih memiliki nasib yang bagus dan layak sebagaimana di 2017 dimana komoditas jenis ini pernah menghasilkan pertumbuhan 2 digit dalam 11 bulan pertama di tahun ini.
Kisaran harga emas memang relatif sempit, kemudian lepas dari pergerakan yang terinspirasi isu geopolitik. Harga Emas bahkan pernah menyentuh $1350 per troy ouce di bulan September sebelum kemudian melemah secara tertib sampai hari ini.
Mencermati gerakan di pasar uang, dimana kebijakan moneter akan terus menjadi pendorong yang signifikan. Maka permintaan emas di 2018 nanti diperkirakan akan tinggi pula. Pasalnya, The Federal Reserve akan cenderung akan terus menaikkan suku bunganya sekaligus memperkecil defisit neracanya sehingga ketika suku bunga naik dapat dipastikan emas akan dikoleksi bank sentral AS untuk menyeimbangkan neracanya. Dengan kata lain, pemburu emas selanjutnya adalah bank-bank sentral.
Sementara itu, pergantian pucuk pimpinan the Fed pada bulan Februari, menempatkan Jerome Powell sebagai Gubernur Utama dan wakilnya adalah Mohamed El-Erian. Kedua orang ini meskipun terkenal hawkish, namuan masih bisa memberi situasi positif bagi emas.
Kenaikan harga emas ditahun depan tidak hanya bergantung pada sentiment The Fed saja. Sektor saham juga berperan. Kenaikan pasar saham AS telah mengurangi daya tarik emas di 2017 ini. Nyatanya, harga emas mampu memberikan pertahanannya, sehingga harga tidak tersungkur dalam. Dengan landasan ini, permintaan emas yang baik di 2018 berpeluang mendorong kenaikan harga emas lebih tinggi.
Ada keyakinan bahwa 2017 merupakan akhir periode kenaikan multi tahun bagi dolar AS. Dengan demikian, harga emas bisa diuntungkan dari kondisi tersebut seperti yang pernah dialaminya emas sejak 2001.
Sisi permintaan fisik dan pertumbuhan pendapatan merupakan pendorong utama permintaan emas. Cina yang merupakan pasar emas terbesar di dunia memiliki perkiraan akan tumbuh sekitar 6,4% di tahun depan. Perekonomian India yang merupakan pasar emas terbesar kedua di dunia, telah pulih dari keterpurukannya setelah ada program pemerintah seperti demonetisasi di 2016 dan pajak barang dan layanan yang disesuaikan pada 2017.
Dengan alasan tersebut, permintaan emas bisa pulih dan harga emas akan kembali menjadi primadona investasi lagi. (Lukman Hqeem)