Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Gubernur Bank Sentral AS wilayah Chicago, Charles Evans menolak untuk menaikkan suku bunga dalam pertemuan Komisi Pasar Bebas The Federal Reserve (FOMC) minggu lalu.

Pada pertemuan dua hari yang berakhir pada Rabu (13/12/2017) atau Kamis dini hari waktu Indonsia, terungkap kemudian, bahwa dia menolak untuk memberikan suaranya dalam pilihan kenaikan suku bunga AS. Evans beralasan bahwa inflasi yang cukup rendah saat ini menjadi dasar pertimbangannya bahwa Suku Bunga The Fed tak seharusnya naik.

Evans tidak sendiri, Gubernur Bank Sentral wilayah Minneapolis Neel Kashkari juga menolak. Alhasil hasil pemungutan adala 7-2. Hasil pertemuan FOMC memutuskan suku bunga The Fed naik 25 basis point sehingga suku bunga saat ini sebesar 1.25% hingga 1.5%.

Dalam pernyataannya di hari Jumat (15/12/2017), Evans menyinggung kekhawatirannya bahwa inflaso masih akan rendah. Oleh sebab itu, sebelum menaikkan suku bunga dia mensyaratkan adanya sejumlah perbaikan dan kenaikan. Evans menegaskan kekhawatirannya akan inflasi yang masih rendah ini.

Charles Evans menambahkan bahwa inflasi saat ini terlalu rendah dan berlangsung cukup lama, saya cukup prihatin bahwa kondisi ini akan menjadi factor yang bisa membuat kondisi ini bisa lebih lama. Dibandingkan dengan transisi atas sejumlah perubahan yang khusus yang terjadi.

Sejumlah pejabat senior The Fed, termasuk Gubernur Utama Bank Sentral AS menyalahkan factor-faktor sementara ini. Charles Evans beralasan bahwa menjaga suku bunga tetap rendah dalam periode yang lebih lama adalah jalan yang lebih baik guna mencapai target inflasi sebesar 2%. Dia juga meyakini bahwa mempertahankan target dalam kisaran 1%-1,25% seperti saat ini merupakan langkah yang tepat guna mendukung kenaikan inflasi.

Charles Evans mengakui ekonomi Amerika Serikat telah berkembang cukup cepat untuk membenarkan kenaikan suku bunga dalam kondisi normal. Menurutnya, aktivitas riil di A.S. berada pada pijakan yang kokoh, dimana dengan sendirinya akan mendukung beberapa penyesuaian lebih lanjut dalam kebijakan.” (Lukman Hqeem)