Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas menguat pasca pertemuan FOMC The Fed hari Rabu (13/12/2017) waktu setempat. Pada perdagangan hari Kamis ini harga emas kemungkinan besar masih bisa untuk mendekati kembali level psikologis emas di $1.300 per troy ounce. Harga emas bisa terdorong kuat jika ada halangan dalam pembahasan RUU Pajak AS.

Hasil Fed meeting semalam memang tidak mengejutkan banyak pihak bahwa suku bunga tetap naik 25 basis poin diiringi dengan akan naiknya suku bunga 3 kali lagi di tahun depan. Namun yang menjadi penarik adalah beberapa anggota rapat suku bunga tersebut kuatir dengan membandelnya inflasi AS tersebut.

Pada perdagangan hari Rabu di Bursa Comex, harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Februari berakhir naik $16,50 atau 1,13% di level $1258,20 per troy ounce. Sejauh ini tren emas masih belum berubah. Meski ada usaha menguat, namun sejatinya tren harga emas masih bearish.

Sisi reformasi pajak mengalami sedikit perubahannya tadi pagi dan diharapkan oleh banyak pihak bahwa agenda fiskal ini bisa mengembalikan kepercayaan diri dari greenback untuk tetap tegar menghadapi tekanan dari mata uang utama dunia lainnya dan emas.

Reformasi pajak sebagaimana yang diusung partai Republik, sebetulnya tidak perlu dilakukan oleh AS. Dengan pertimbangan laju PDB yang masih jauh dari 2%. Situasi bantuan fiskal memang tidak akan perlu dilakukan, mengingat sisi anggaran pemerintahan AS akan semakin terbebani untuk subsidi tersebut.

Tugas berat akan dijalani Jerome Powel sebagai Gubernur Utama Bank Sentral AS nanti. Jerome akan menanggung harapan keberhasilan reformasi pajak guna mendukung kenaikan inflasi yang nampaknya belum sepenuhnya bisa diterima pasar.

Sebagian pendapat menyatakan bahwa kenaikan inflasi hanya bisa didukung oleh pembatasan impor barang yang memang selama ini menjadi poin utama gagalnya kenaikan harga di AS. Serbuan produk luar ini membuat kondisi industri dalam negeri AS masih terseok-seok sehingga sisi peningkatan upah masih sulit sulit diterapkannya.

Data penjualan eceran AS sendiri dan klaim pengangguran mingguan memang membaik. Penjualan eceran atau retail sales merupakan perwujudan 2/3 dari keseluruhan kinerja ekonomi AS, dan diperkirakan data ini akan membaik setelah melihat musim belanja Thanksgiving bulan lalu yang dilaporkan mengalami peningkatan.

Klaim pengangguran mingguan yang merupakan awalan kita melihat bagaimana kinerja sektor tenaga kerja AS, sepertinya akan bertambah klaimnya, namun harapannya masih dibawah angka 240 ribu klaim, bila memang terjadi maka kinerja emas bisa rontok.

Indikator-indikator ini akan mendorong penguatan Dolar AS. Disisi lain, penguatan Dolar AS saat ini terhalang dengan laju inflasi AS yang masih rendah. Bank Sentral AS sendiri masih mentargetkan inflasi sebesar 2%.

Hari ini semua mata akan tertuju kepada 3 bank sentral lainnya yang akan menentukan kebijakan moneter selanjutnya, yaitu bank sentral Swiss, Uni Eropa dan Inggris. (Lukman Hqeem)