Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta  – Bursa saham AS menguat pada perdagangan hari Rabu (13/12/2017). Dow Jones bahkan mampu berakhir dengan mencetak rekor kenaikan beruntun dalam empat sesi perdagangan terakhir. Sesuai dengan perkiraan, The Federal Reserve menaikkan suku bunganya.

Kenaikan suku bunga ini diharapkan akan memberikan sentiment positif bagi emiten bursa. Sementara hampir semua emiten mengalami kenaikan, sektor perbankan justru masih terkoreksi. Alhasil terjadi penurunan di lantai bursa S&P 500 sehingga berakhir negatif disaat penutupan pasar.

Indek Dow Jones naik 80.63 poin atau 0.3%, ke 24,585.43. saham-saham unggulan rata-rata berakhir naik mencapai rekor harga termahalnya. Melanjutkan kenaikan beruntunnya. Sayangnya indek S&P  justru berakhir turun 1.26 poin ke 2,662.85, atau jatuh kurang dari 0.1%. Penurunan ini mengakhiri kenaikan beruntun dalam empat sesi perdagangan sebelumnya. Indek Nasdaq naik 13.48 poin atau 0.2%, ke 6,875.8.

Saham-saham sektor keuangan menjadi sektor dengan kerugian terbesar. Hanya 2 saham dari 67 saham yang berakhir positif. Mereka jatuh 1.2% yang merupakan kerugian terbesar dalam satu hari transaksi sejak awal November lalu. Saham Bank of America Corp adalah yang paling besar jatuhnya dengan turun 1.6%.

The sector tends to outperform in periods of higher rates, and it had risen in anticipation of the Fed meeting, up 6.7% over the past month.

Seperti dikabarkan, bahwa The Federal reserve akhirnya benar-benar menaikkan suku bunga seperti diperkirakan. Kenaikan sebesar 25bpp ini menjadikan suku bunga AS saat ini sebesar 1.25% hingga 1.5%. Ini merupakan kenaikan suku bunga empat kalinya selama satu tahun ini. Para pejabat senior bank senral memperkirakan kenaikan suku bunga ditahun 2018 nanti akan sebanyak 3 kali.

Sementara itu, dalam pidato terakhirnya, Gubernur Utama Bank Sentral AS, Janet Yellen menyatakan bahwa Bank Sentral memiliki harapan pasar tenaga kerja bisa tumbuh lebih kuat. Walaupun pertumbuhan lapangan kerja justru menurun seiring dengan pengetatan kebijakan moneter The Fed.

Indikator ekonomi yang diterbitkan adalah Indek Harga Konsumen. Diberitakan bahwa Indek harga konsumen dibulan November mengalami kenaikan sebesar 0,4%. Kenaikan ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Tiga Perempat kenaikan ini didorong naiknya harga bahan bakar. Sementara inflasi utama yang mengukur diluar harga bahan pangan dan bahan bakar menunjukkan kenaikan yang lebih kecil, hanya sebesar 0,1%.  Kekecewaan inflasi inilah yang mendorong dolar AS melemah dan membuat harga emas naik. (Lukman Hqeem)