ESANDAR, Jakarta – Aksi beli kembali (Buy Back) ditenggarai bisa terjadi di komoditi Emas. Pasalnya, harga emas saat ini dinilai sudah terlalu jenuh jatuhnya. Secara teknikal, kondisi yang demikian membuka potensi meraih keuntungan dengan melakukan aksi beli kembali.
Harga emas mungkin akan mengalami kenaikan dari “buy-the-fact” dimana investor memutuskan untuk membeli dengan dasar fakta yang ditunggunya telah terlihat. Momentum tersebut bisa jadi pada akhir pertemuan FOMC di pertengahan pekan ini. Meski demikian, sebagian pedagang masih secara ketat meneliti berbagai pernyataan dari para eksekutif bank sentral AS. Beragam pernyataan tersebut diharapkan bisa memberikan arah perkiraan kebijakan moneter selanjutnya.
FOMC akan bertemu Selasa dan Rabu, dengan mayoritas pelaku pasar meyakini akan ada kenaikan suku bunga sebanyak 25 basis poin. Pernyataan kebijakan FOMC nanti akan dihiasi dengan konferensi pers terakhir Janet Yellen sebagai ketua The Fed dan ringkasan proyeksi ekonomi yang diperbarui, yang disebut dot plot, semuanya akan dirilis pada hari Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, dan akan dipantau ketat oleh pasar yang terus mencari petunjuk tentang kebijakan The Fed tahun depan.
Jonathan Butler, dari Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) menilai harga emas cenderung dibeli berdasarkan kenyataan meki terdapat kenaikan suku bunga. Fakta bahwa harga emas telah mengalami tekanan jual sebelumnya menjadi pijakan aksi tersebut. Sebagaimana rumor tersebut biasanya terjadi pada dolar AS. Menurut Butler, ini mungkin terjadi pada saat ini dengan emas telah merosot $70 atau 5% sejak notulen pertemuan The Fed pada 20 September silam dipublikasikan.
Butler juga menambahkan meskipun harga emas bisa melambung tinggi dalam waktu dekat karena para investor “membeli fakta” dari suatu kenaikan suku bunga, prospek kenaikan suku bunga yang bakal terjadi di tahun depan akan menjadi faktor yang lebih besar untuk harga komoditas logam mulia. Hal ini bisa membatasi kenaikan harga emas yang akan terjadi.
Namun, dia menambahkan, sinyal kuat dari para pembuat kebijakan tidak akan terlihat karena mungkin ada beberapa perubahan besar sebelum Jerome Powell menjadi bos The Fed berikutnya. Selanjutnya, ada beberapa kekosongan di The Fed yang masih harus diisi, menciptakan ketidakpastian mengenai arah tingkat suku bunga di masa depan.
Butler melihat apabila terlihat bahasa dovish atau peringatan pada laju kenaikan suku bunga yang akan datang dari proyeksi tiga atau empat yang diproyeksikan untuk tahun depan, akan memberi dukungan pada harga emas dan logam berharga lainnya karena akan melemahkan dolar AS dan menurunkan imbal hasil Treasury.
Sebaliknya, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang kuat, ditambah dengan kenaikan inflasi tahun depan, mungkin mengindikasikan sebuah kondisi yang akan menguntungkan. Suku bunga akan terakselerasi. Menurut Butler, jika seperti itu maka akan membebani harga emas dalam jangka panjang. Pelaku pasar tetap harus dilihat apakah The Fed mempertimbangkan pasar yang siap untuk memiliki prospek tingkat suku bunga yang lebih hawkish.
Butler juga melihat satu faktor lain yang dapat menimbulkan aksi pembelian emas yaitu langkah lindung nilai pada emas setelah ekuitas dan aset berisiko lainnya semakin mendekati fase koreksi pasca rally kuat belakangan ini. (Lukman Hqeem)