ESANDAR, Jakarta – Standchart Korban BREXIT. Situasi paska Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa, masih tidak menentu.
Kegagalan perundingan antara PM Theresa May dengan Presiden Komisi Eropa Jean-Cluade Juncker pada Senin kemarin, berujung keluarnya keputusan Standard Chartered Bank untuk memindahkan pusat operasional mereka dari London Inggris ke Frankfurt di Jerman.
Sebagaimana dikatakan oleh CEO Standard Chartered Bill Winters tadi pagi, mempertimbangkan hasil perundingan BREXIT, kami memutuskan untuk memindahkan pusat operasi Eropanya dari London ke Frankfurt Jerman.
Konsekuensinya, bank ke 5 terbesar di Inggris ini harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mengubah cabang Frankfurt tersebut menjadi pusat operasinya di Eropa. Winters menambahkan bahwa Standchart membutuhkan tambahan modal, lisensi dan staf yang baru ataupun pindahan dari London daan menyatakan bahwa bisnis korporasi yang berdenominasi euro akan segera dipaksa masuk ke Eropa alias harus keluar dari London.
Sejauh ini Winters juga sangat pesimis dengan apa yang dihasilkan dari perundingan Brexit nantinya, karena sejujurnya jasa perbankan hanyalah sebuah bentuk pelayanan dimana kemungkinan akan ada perubahan mendasar untuk membuat peraturan baru dan terpisah sehingga dapat menimbulkan harapan buruk akan masa depan kemudahan layanan tersebut.
Winters mengatakan bahwa dirinya dan Standchart akan dengan senang hati mengambil puluhan juta pound yang telah dirinya habiskan untuk rencana jalan keluar Brexit jika Standchart bisa mempertahankan struktur perbankannya yang lama. Menurutnya kondisi Brexit sendiri di Inggris membuat perbankan Inggris akan kehilangan kemampuan dalam menarik talenta dan tercerdas dari Inggris karena akan terjadi pembatasan visa pelajar dan hal tersebut akan menjadi masalah.
Seperti kita ketahui bahwa Winters mengambil siswa terbaik yang bisa didapatkan di pasar sekolah Inggris yang telah memilih belajar di Inggris dan kemudian tinggal beberapa tahun lagi, dan karena hal seperti itu tidak bisa diulanginya lagi di masa depan bila memang ada Brexit.
Winters menyatakan bahwa sekaran ini Inggris selalu memberi pengertian kepada orang-orang non-Inggris bahwa mungkin bukan tempat yang ramah lagi bagi kontrak tenaga kerja. Setelah satu dekade pertumbuhan tanpa gangguan, aplikasi dari mahasiswa Uni Eropa untuk masuk ke perguruan tinggi Inggris turun lebih 7% di tahun lalu menurut UCAS meskipun hak tinggal dan mendapatkan pekerjaan belum terpengaruh.
Menurut Winters, yang juga anggota Tim Stabilisasi Keuangan pemerintah Inggris, bahwa perbankan Inggris masih bisa membaik dimasa depan dengan masih adanya resiko yang dapat dikata mempunyai jenis resiko baru yang berkaitan dengan Brexit, yaitu akan kesulitan tenaga ahli dan kesulitan dalam memberikan kemudahan pelayanan ke negara Eropa. (Lukman Hqeem)