Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS berakhir naik, bahkan memecah rekor dimana Dow Jones mampu menembus level 23.000 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Wall Street.

Rekor ini diikuti dengan rekor indek S&P 500 yang juga mencapai titik tertingginya. Sentimen yang mendorong kenaikan ini adalah laporan keuangan emiten yang sejak awal sudah diperkirakan pasar.

Pada perdagangan hari Selasa (17/10/2017) Indek Dow Jones ditutup naik 40.48 poin atau naik 0.2%, ke level 22,997.44. Pada tengah sesi perdagangan, indek saham unggulan ini mampu mencetak rekor di 23.002,20. Indek S&P 500 juga berakhir naik 1.72 poin ke 2,559.36. Sementara Indek Nasdaq berakhir turun dengan terkoreksi kurang dari setengah poin di level 6,623.66.

Tren kenaikan ini diperkirakan masih akan berlanjut dan memberikan imbas pada perdagangan bursa global. Laporan emiten bursa khususnya dari perusahaan-perusahaan besar dan unggulan, memberikan sentiment yang kuat. Sektor perbankan dan beberapa saham perusahaan di sektor layanan kesehatan menjadi pemain kunci.

Sejalan dengan periode ini, para investor kembali memfokuskan perhatian mereka pada penilaian saham-saham utama yang diperkirakan akan menjadi bintang utama hingga penghujung tahun ini. Kondisi ekonomi yang terus membaik, secara kasar telah menumbuhkan banyak harapan paska satu dekade krisis keuangan global.

Pasar memang merasa optimis dengan rencana reformasi pajak Presiden Donald Trump. Dengan keyakinan bahwa implementasi kebijakan tersebut akan mendorong kenaikan pendapatan emiten. Sejak terpilih menjadi Presiden AS dalam pemilihan umum 2016 lalu,  kemenangan Donald Trump yang mengejutkan berdampak positif bagi bursa saham AS. Awalnya dianggap skeptis dengan beragam program kebijakan ekonominya. Nyatanya, sejak pemilihan tersebut, Indek Dow Jones telah naik sebesar 25,4%. Indek S&P 500 naik hampir 20% dan NASDAQ juga 28%.

Sementara itu, Dolar AS mendapat dukungan penguatan dari berbagai kabar yang mengindikasikan Ekonom Stanford John Taylor sebagai kandidat kuat menggantikan Janet Yellen sebagai Gubernur Bank Sentral AS. John Taylor terkenal dengan Hukum Taylor yang mengesankan Presiden Donald Trump. Taylor yang lebih bersikap hawkish, dianggap pemilihan dia akan berdampak pada kebijakan suku bunga The Federal Reserve. Menganut hukum Taylor tersebut, tingkat suku bunga AS semestinya bisa lebih tinggi dari tingkatan saat ini. Indek Dolar AS ICE menguat 0.2% ke 93.51.

Data ekonomi AS menunjukkan adanya lonjakan biaya impor bahan baku sebesar 0,7% pada bulan September. Ini merupakan lonjakan terbesar dalam lebih dari setahun, dipicu kenaikan harga bahan-bakar dan suplai industry. Sementara produksi Industri AS mengalami kenaikan kembali dibulan September, setelah dua bulan beruntun menurun. Sejalan dengan ekspektasi pasar, produksi industry naik 0,3%. (Lukman Hqeem)