Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Saham Asia naik pada hari Kamis, mengikuti kenaikan di Wall Street setelah sesi naik-turun, sementara imbal hasil Treasury AS berada di bawah tekanan setelah data ekonomi yang beragam. Bursa saham Hong Kong naik 35 poin atau 0,2% ke level 20.634 pada sesi Kamis pagi, beralih dari kerugian signifikan pada sesi sebelumnya karena semua sektor mencatat kenaikan. Kenaikan moderat pada indek berjangka AS mendukung risk appetite menyusul kenaikan di Wall Street semalam selama seminggu yang diganggu oleh tarif, laba teknologi yang mengecewakan, dan data ekonomi AS yang beragam.

Meskipun masih banyak ketidakpastian di bawah pemerintahan baru Presiden AS Donald Trump, pasar untuk saat ini merasa lega karena keadaan tidak lebih buruk, khususnya yang berkaitan dengan tindakan tarif balasan antara AS dan mitra dagang utamanya. Hal itu membantu mengangkat pasar saham global dan menjaga dolar tetap terkendali, memberikan sedikit kelonggaran bagi mata uang lainnya yang telah terpukul keras di awal minggu.

Ada kelegaan pasar terkait dengan Cina, meskipun tarif telah resmi berlaku sejak Selasa dan Beijing telah membalas, tetapi pembalasannya sangat terukur. Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) pada hari Kamis kembali menetapkan nilai tengah yuan yang lebih kuat dari perkiraan. Langkah ini sekaligus menangkal kekhawatiran bahwa hal itu dapat menyebabkan mata uang tersebut merosot untuk mengimbangi dampak tarif pada ekspor negara tersebut.

Hal itu membuat yuan dalam negeri tetap stabil di sekitar 7,2766 per dolar, sementara mata uang asingnya naik 0,07% menjadi 7,2778. Indek saham unggulan CSI300 Tiongkok membalikkan kerugian  awal untuk diperdagangkan sedikit lebih tinggi, sementara Indeks Shanghai naik 0,13%.

Otoritas Tiongkok pada tahap ini tidak menunjukkan atau memperlihatkan niat untuk melemahkan yuan sebagai bagian dari respons terhadap tarif. Hal itu pasti telah membantu menenangkan pasar.

Indek MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,28%, sementara Nikkei 225 Jepang naik 0,28%.

Indek berjangka Nasdaq naik 0,04%, sementara kontrak berjangka S&P 500 naik 0,09%. Ketiga indek saham utama AS ditutup di wilayah positif pada perdagangan di hari Rabu, tetapi kenaikan nominal Nasdaq yang didominasi teknologi tertahan oleh laba yang mengecewakan dari Alphabet, yang memicu keraguan tentang hasil investasi dalam kecerdasan buatan.

Sementara itu, bunga Obligasi AS mendekati level terendah dalam lebih dari sebulan pada hari Kamis, karena investor mempertimbangkan prospek suku bunga AS. Wakil Ketua Federal Reserve Philip Jefferson pada hari Rabu mengatakan bahwa ia puas untuk mempertahankan suku bunga kebijakan bank sentral pada posisi saat ini sampai para pembuat kebijakan mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang dampak bersih dari kebijakan pemerintahan Trump terhadap tarif, imigrasi, deregulasi, dan pajak.

Para pedagang mempertimbangkan komentarnya terhadap rilis data ekonomi AS yang beragam yang menunjukkan peningkatan yang lebih kuat dari yang diharapkan dalam data penggajian swasta ADP tetapi perlambatan yang mengejutkan di sektor jasa. Rekor impor yang tinggi juga mendorong defisit perdagangan AS melebar tajam.

Imbal hasil Obligasi AS tenor 10-tahun sedikit berubah pada 4,4201%, sedangkan imbal hasil dua tahun sedikit naik menjadi 4,1889%.  Fed Fund Futures menunjukkan pelonggaran lebih dari 45 basis poin dari Fed pada akhir tahun.

Dalam perdagangan mata uang, Dolar AS melemah. Ada kenaikan permintaan pada Obligasi AS, sehingga membuat dolar AS mengalmi aksi jual dengan mata uang besar lainnya. Pada perdagangan EUR/USD melayang di atas level $1,03 dan terakhir dibeli $1,0398, sementara pound sterling dalam perdagangan GBP/USD bertahan di dekat level tertinggi satu bulan dan mencapai $1,24995.

Bank of England mengumumkan keputusan suku bunganya pada hari Kamis di mana tampaknya akan memberikan penurunan suku bunga. Indek dollar AS (DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang termasuk yen dan euro, merana mendekati level terendah dalam lebih dari seminggu di 107,61.

Yen dalam perdagangan USD/JPY, sementara itu, naik 0,3% menjadi 152,11 per dolar, dibantu oleh komentar dari anggota dewan Bank of Japan Naoki Tamura yang mengatakan bank sentral harus menaikkan suku bunga jangka pendek setidaknya menjadi 1% pada paruh kedua tahun fiskal 2025 untuk menahan risiko inflasi.

Dalam komoditas, harga minyak naik, stabil dari aksi jual pada hari sebelumnya setelah perusahaan minyak negara Arab Saudi menaikkan harga minyak untuk kontrak bulan Maret secara tajam. Harga Minyak mentah AS (WTI) naik tipis 0,32% menjadi $71,27 per barel, sementara minyak mentah Brent naik 0,23% menjadi $74,78.

Pada perdagangan emas, harga melanjutkan relinya hingga menguat mendekati rekor puncak, dan terakhir pada $2.869,62 per ons. Emas kembali menunjukkan dirinya sebagai aser adalah salah satu dari tiga hal: lindung nilai inflasi, lindung nilai dolar, atau lindung nilai bencana. Dalam lima atau enam tahun terakhir, emas adalah lindung nilai dolar. Sekarang emas telah menjadi lebih seperti lindung nilai terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.