ESANDAR – Bursa saham Jepang naik pada perdagangan di hari Senin (28/10/2024) karena yen merosot ke level terendah dalam tiga bulan setelah koalisi Perdana Menteri Shigeru Ishiba kehilangan mayoritas parlementernya dalam kekalahan dalam pemilihan hari Minggu, meningkatkan ketidakpastian atas jalannya kebijakan dan ekonomi.
Partai Demokrat Liberal (LDP) Ishiba, yang telah memerintah Jepang hampir sepanjang sejarah pascaperangnya, dan mitra koalisi junior Komeito memperoleh 215 kursi di majelis rendah parlemen, kurang dari 233 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas. LDP sebelumnya memegang 247 kursi dan Komeito memegang 32 kursi.
Hasilnya dapat memaksa partai-partai untuk melakukan kesepakatan pembagian kekuasaan yang tidak jelas untuk memerintah, yang berpotensi menimbulkan ketidakstabilan politik.
Indek Nikkei mengakhiri hari dengan kenaikan 1,82% menjadi 38.605,53 setelah naik sebanyak 2,2%. Dibuka 0,4% lebih rendah. Yen mengalami percepatan penurunan sepanjang sesi pagi, merosot hingga 153,885 per dolar untuk pertama kalinya sejak 31 Juli. Yen berpindah tangan sekitar 0,8% lebih rendah pada 153,505 per dolar pada pukul 11:00 WIB.
Hasil pemilu menjadi sentiment negatif bagi pasar saham, karena meningkatnya ketidakpastian politik. Namun, reli tersebut sebagian disebabkan oleh fakta bahwa peristiwa risiko besar ini kini telah berlalu, jadi ada rasa lega. Itu dan yen yang lebih lemah.
Yen yang melemah akan menguntungkan eksportir kelas berat Jepang, karena meningkatkan nilai penjualan luar negeri. Hal itu juga membuat saham Jepang lebih murah bagi investor asing.
Sektor peralatan transportasi merupakan emiten yang berkinerja terbaik di antara 33 kelompok industri Bursa Efek Tokyo, melonjak 3,5%. Toyota, menguat lebih dari 4% dan Nissan naik 3,5%. Saham sektor chip juga berkinerja lebih baik, mengikuti kenaikan di antara rekan-rekan AS sejak Jumat. Pembuat peralatan pengujian chip Advantest, melonjak 4,6%.
Reli diyakini akan terhenti, dimana pasar saham kemungkinan akan tetap lesu sampai ketidakpastian politik mereda. Sementara imbal hasil obligasi tetap tinggi karena kekhawatiran atas manajemen fiskal yang lebih longgar akan meningkat.
Obligasi pemerintah Jepang berjangka 10 tahun acuan turun 0,19 yen menjadi 143,87 yen, membalikkan kenaikan awal. Kurva imbal hasil menanjak, dengan imbal hasil JGB dua tahun naik 0,5 basis poin (bps) menjadi 0,45%, sementara imbal hasil 30 tahun naik 5 bps menjadi 2,22%. Imbal hasil 10 tahun naik 2,5 bps menjadi 0,97%.
Hasil pemilu menarik perhatian pasar terhadap sikap kebijakan partai oposisi yang dapat menjadi mitra potensial, banyak di antaranya yang mendukung suku bunga rendah.
Kerugian koalisi dapat mengurangi peluang pemerintah berikutnya untuk menerapkan “agenda yang lebih menantang seperti menaikkan tarif pajak perusahaan”, kata analis di Morgan Stanley dalam sebuah catatan.
Analis di BNY mengatakan dolar berpotensi naik ke 155 yen lagi, karena BOJ meremehkan kebutuhan mendesak untuk kenaikan suku bunga. Bank sentral selanjutnya memutuskan kebijakan pada hari Kamis, tanpa ada perubahan yang diharapkan. Pemilihan umum Jepang diadakan sembilan hari sebelum penghitungan suara dalam pemilihan presiden AS yang ketat, dengan para investor mempertimbangkan kemungkinan penguatan dolar dan imbal hasil yang lebih tinggi jika Donald Trump kembali menjadi presiden dan Partai Republik menyapu bersih Senat dan DPR.