Harga emas tergelincir pada perdagangan di hari Jumat (02/01/2024) karena dolar dan imbal hasil obligasi AS melonjak setelah laporan nonfarm payrolls AS yang kuat menciptakan ketidakpastian mengenai apakah Federal Reserve akan segera mulai memangkas suku bunga.
Pada perdagangan di pasar spot, harga emas turun 0,8% menjadi $2,038.59 per troy ons, tetapi harga naik hampir 1% selama seminggu dan bertahan di atas level utama $2.000 sejak awal tahun. Sementara dalam perdagangan emas di bursa berjangka, harga diselesaikan 0,8% lebih rendah pada $2053,7.
Indek dolar AS (DXY) naik 0,9%, membuat emas batangan lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Sementara yield obligasi AS tenor 10 tahun yang menjadi patokan pasar uang juga naik.
Dilaporkan bahwa pengusaha di AS menambahkan 353.000 pekerjaan pada bulan Januari, mengalahkan perkiraan ekonom sebanyak 180.000. Perekonomian yang tangguh dan produktivitas pekerja yang kuat mendorong dunia usaha untuk merekrut dan mempertahankan lebih banyak karyawan, sebuah tren yang dapat melindungi perekonomian dari resesi tahun ini.
Dengan penurunan kurang dari 1% sejak data tersebut dirilis, emas bertahan seperti teritip meskipun ada laporan ketenagakerjaan yang sangat besar. Namun demikian kita mungkin perlu menunggu sebentar dan melihat apakah harga emas dapat turun jauh lebih rendah.
Menurut CME Fed Watch Tool, para pedagang kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga AS sebesar 70% di bulan Mei, dibandingkan dengan 92% sebelum data dirilis. Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Ketua Fed Jerome Powell minggu ini menolak gagasan penurunan suku bunga di musim semi, namun menyuarakan keyakinan bahwa inflasi akan kembali ke target 2%.
Jika suku bunga ini tetap di tempatnya dan ada ketidakjelasan mengenai hal tersebut, kemungkinan besar kita akan melihat kondisi yang agak kelu bagi kenaikan emas.