Diawal perdagangan sesi Asia pada Rabu (29/11/2023), harga emas di pasar spot melanjutkan kenaikan dari penutupan di sesi Amerika dengan diperdagangkan diatas $ 2050 per troy ons. Sentimen kenaikan didapatkan secara terus-menerus dari penurunan bunga Obligasi AS. Hal ini tentu saja mengurangi peluang biaya untuk memegang aset yang tidak memberikan bunga atau dividen apa pun.
Disisi lain, narasi “suku bunga AS telah mencapai puncak” terus menguat menyusul sejumlah pendinginan atau pergerakan inflasi AS yang terkontrol. Hal ini menjadi dukungan terbesar terhadap harga emas untuk terus naik.
Pada Rabu dinihari saat penutupan sesi perdagangan Amerika Utara, harga emas ditutup pada level tertinggi dalam lebih dari satu tahun karena dolar AS yang jatuh ke level terendah dalam tiga bulan dan bunga imbal hasil Obligasi AS juga turun menyusul komentar bernada dovish dari pejabat Federal Reserve.
Harga emas di bursa berjangka AS untuk kontrak Februari ditutup naik $27,20 menjadi $2.060,20 per troy ons. Kenaikan ini terjadi karena dolar terus terdepresiasi, dengan indeks dolar ICE terakhir terlihat turun 0,38 poin menjadi 102,8, terendah sejak 10 Agustus.
Dolar AS melemah di tengah ekspektasi Federal Reserve akan segera menaikkan suku bunga setelah serangkaian laporan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan menunjukkan bank sentral berhasil memperlambat perekonomian untuk menurunkan inflasi. Komentar Christopher Waller, anggota komite kebijakan The Fed yang memberikan suara, bahwa bank sentral dapat menurunkan suku bunga jika inflasi terus menurun, membantu mendorong nilai mata uang lebih rendah.
Bunga Obligasi AS juga menurun, menurunkan biaya kepemilikan emas. Surat utang AS bertenor dua tahun terakhir terlihat turun 10,8 basis poin menjadi 4,747%, sedangkan obligasi bertenor 10 tahun membayar 4,353%, turun 3,9 basis poin.