Markas besar OPEC di Wina Austria

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Pembicaraan OPEC+ mengenai kebijakan minyak tahun 2024 terlihat sulit dilakukan, sehingga memungkinkan perpanjangan perjanjian sebelumnya daripada pengurangan produksi yang lebih dalam, demikian menurut Reuters berdasarkan empat sumber yang mengetahui situasi OPEC+ saat ini.

Dalam pemberitaan pada hari Selasa (28/11/2023), diberitakan bahwa kartel minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ dengan Arab Saudi dan Rusia sebagai pentolannya dijadwalkan bertemu secara online pada hari Kamis besok untuk memutuskan tingkat produksi minyak untuk tahun 2024.

Ini merupakan pertemuan yang tertunda dimana awalnya direncanakan pada minggu lalu. Penundaan pertemuan terjadi karena ada selisih pendapat soal batasan produksi dimana Angola dan Nigeria meminta kenaikan produksi. Sumber Reuters mengatakan bahwa ihwal pemotongan produksi tambahan sebagai sebuah langkah yang menurut sumber akan dipertimbangkan, justru tidak dibahas secara aktif.

“Semua orang hanya memegang posisi masing-masing,” kata sumber tersebut. Mereka mengatakan hal ini disebabkan oleh ketidaksepakatan mengenai tingkat produksi bagi produsen-produsen Afrika, meskipun sumber-sumber tersebut mengatakan bahwa kelompok tersebut telah semakin mendekati kompromi mengenai hal ini.

Harga minyak mentah Brent naik 74 sen menjadi $80,72 per barel pada 22.06 WIB. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 74 sen, atau sekitar 1%, menjadi $75,60.

Pertemuan OPEC sebelumnya pada bulan Juni telah memperpanjang pengurangan produksi hingga tahun 2024. Arab Saudi, Rusia, dan anggota OPEC+ lainnya telah menjanjikan pengurangan total produksi minyak sekitar 5 juta barel per hari (bph), sekitar 5% dari permintaan global harian, dalam serangkaian langkah yang dimulai pada akhir tahun 2022.

Hal ini termasuk tambahan pengurangan produksi sukarela Arab Saudi sebesar 1 juta barel per hari, yang akan berakhir pada akhir Desember, dan pengurangan ekspor Rusia sebesar 300.000 barel per hari hingga akhir tahun.

Harga minyak nampak berusaha merangkak lebih tinggi karena ada kemungkinan bahwa OPEC+ akan memperpanjang atau memperdalam pengurangan pasokan diperparah oleh penurunan produksi minyak Kazakh yang disebabkan oleh badai yang menyebabkan patokan Brent di atas $80 per barel.

Kecuali ada kejutan negatif, penurunan harga baru-baru ini mungkin akan dipandang sebagai peluang pembelian, terutama jika pemotongan lebih lanjut disepakati.

Pasar anjlok pada minggu lalu ketika OPEC+ memundurkan tanggal pertemuan semula untuk mengatasi perbedaan target produksi bagi produsen Afrika. Salah satu kompromi yang mungkin terjadi adalah Angola dan Nigeria menerima pengurangan target produksi mereka selama beberapa bulan jika target untuk negara lain juga diturunkan, kata Carsten Fritsch dari Commerzbank.

Menurut para delegasi, Arab Saudi menuntut kuota produksi yang lebih rendah dari negara-negara OPEC+ lainnya. Meskipun Kuwait telah mengisyaratkan kesediaannya untuk melakukan hal tersebut, beberapa negara tampaknya menolak langkah tersebut. Uni Emirat Arab kemungkinan akan menentang hal ini, mengingat target produksi tahun 2024 mereka ditingkatkan atas desakan mereka ketika OPEC+ mengadakan pertemuan sebelumnya pada awal Juni.

Minyak juga mendapat dukungan dari melemahnya dolar, perkiraan penurunan persediaan minyak mentah AS, dan penurunan produksi Kazakh. Ladang minyak terbesar di Kazakhstan telah mengurangi gabungan produksi minyak harian mereka sebesar 56%.

Empat analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bahwa laporan pasokan mingguan AS terbaru akan menunjukkan persediaan minyak mentah turun sekitar 2 juta barel. Laporan pertama dari dua laporan minggu ini akan dirilis pada pukul 21.30 GMT dari American Petroleum Institute.