Bursa saham Asia naik pada hari Rabu (15/03/2023), mengikuti reli yang terjadi di Wall Street setelah data inflasi AS tidak memberikan kejutan yang buruk, memperkuat harapan Federal Reserve kemungkinan akan melakukan kenaikan suku bunga yang lebih kecil ketika bertemu minggu depan. Investor kembali ke pasar saham AS karena meredanya kekhawatiran tentang penularan di sektor perbankan menyusul runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) di minggu lalu.
Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang naik 1%, setelah sebelumnya turun 1,7% pada hari Selasa paska keruntuhan SVB yang memicu aksi jual besar-besaran oleh investor dalam beberapa sesi perdagangan terakhir. Sayangnya, reli ini tidak berlanjut di Eropa dimana saham berjangka Eropa menunjukkan pembukaan yang lebih rendah. Indek Eurostoxx 50 berjangka turun 0,07%, DAX berjangka Jerman naik 0,01% dan FTSE berjangka turun 0,04%.
Sekali lagi ini menunjukkan bagaimana pasar Asia lebih responsif atas pasar AS. Sektor perbankan AS nampaknya siap kembali stabil, dimana para deposan diberi sinyal yang cukup jelas bahwa mereka tidak akan rugi.
Investor juga lega setelah laporan inflasi AS bulan Februari pada hari Selasa menunjukkan harga konsumen naik 0,4%, dengan kenaikan tahun-ke-tahun sebesar 6% – sejalan dengan ekspektasi analis. Ada kekhawatiran bahwa data yang lebih kuat dari perkiraan dapat menyebabkan The Fed melakukan kenaikan besar-besaran untuk melawan inflasi.
Baru-baru ini minggu lalu, pasar bersiap untuk kembalinya kenaikan besar Fed tetapi jatuhnya SVB dengan cepat telah mengubah ekspektasi tersebut, dengan harga pasar dalam peluang 80% dari kenaikan 25 basis poin minggu depan. Pergerakan 50 basis poin untuk pertemuan bulan ini menjadi spekulasi terutama setelah komentar Powell kepada Komite Perbankan Senat – tidak ada yang mengharapkan itu lagi,” kata Carnell.
Juga, membantu meningkatkan sentimen adalah data aktivitas ekonomi China yang meningkat dalam dua bulan pertama tahun ini karena pemulihan konsumsi dan investasi infrastruktur dan tanda-tanda bahwa sektor properti yang terkepung mulai pulih. Hal ini membuat bursa saham Cina menguat dimana indek Shanghai naik 0,46% lebih tinggi, sementara indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,75%1,4% dan Nikkei 225 Jepang datar.
Imbal hasil Treasury A.S. memperpanjang kenaikan pada perdagangan di sesi Asia setelah penurunan tajam pada awal minggu. Yield Obligasi AS tenor 10 tahun naik 2,1 basis poin menjadi 3,657%. Tenor 2 tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 7,1 basis poin di 4,296%, tetapi jauh dari puncak minggu lalu di 5,084%.
Di pasar mata uang, greenback tetap stabil, dimana indek dolar AS (DXY) turun ke 103,69, dimana euro dalam perdagangan EUR/USD sebagian besar datar di $1,0737. Yen dalam perdagangan USD/JPY melemah 0,4% menjadi 134,75 per dolar, sementara sterling dalam perdagangan GBP/USD terakhir diperdagangkan di $1,2156, turun 0,03% hari ini.
Harga minyak rebound lebih dari 1% pada hari Rabu karena prospek OPEC yang lebih kuat atas permintaan China. Minyak mentah Brent berjangka naik 1,2% menjadi $78,38 per barel. Minyak Mentah West Texas Intermediate (WTI), AS naik 1,4% menjadi $72,29 per barel. Pada hari Selasa, benchmark turun lebih dari 4% ke level terendah tiga bulan.