Harga emas turun kembali pada harga termurahnya selama lebih dari satu bulan ini pada perdagangan di hari Kamis (01/09/2022) pagi. Sentimen pasar masih didominasi oleh penguatan Dolar AS yang untuk kesekian kalinya mendapatkan dorongan naik dari rencana kenaikan suku bunga Fed.
Sejumlah data ekonomi masih menunjukkan situasi ekonomi di AS yang cukup bisa bertahan, dimana tingginya inflasi masih menjadi alasan bagi Bank Sentral untuk melakukan pengetatan kebijakan moneternya. Di sisi lain, prospek permintaan emas juga terganjal dengan penutupan kembali sejumlah kota di China akibat kebijakan no covid-19.
Harga emas di pasar spot mengalami penurunan sebesar 0,2% menjadi $1.706,99 per ounce, pada 08:00 WIB, setelah mencapai level terendah sejak 21 Juli di $1.704,94. Sementara harga emas di bursa berjangka diperdagangkan turun 0,5% menjadi $1.717,50.
Indek dolar AS sendiri bergerak naik kembali sebesar 0,1%, sementara yield obligasi AS tenor 10-tahun naik ke level tertinggi sejak 28 Juni. Situasi ekonomi saat ini memang membuat The Fed perlu menaikkan suku bunga sedikit di atas 4% pada awal tahun depan dan kemudian menahannya di sana untuk membawa inflasi yang terlalu tinggi kembali ke tujuan bank sentral, sebagaimana disampaikan oleh Presiden Federal Reserve Bank Cleveland Loretta Mester di hari Rabu.
Meskipun emas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan dan meningkatkan dolar.
Sementara itu data ekonomi menunjukkan bahwa inflasi zona euro melonjak ke rekor tertinggi lainnya dan akan segera mencapai wilayah dua digit, menandai serangkaian kenaikan suku bunga besar bahkan ketika resesi yang menyakitkan tampaknya semakin pasti. Sedangkan angka penggajian swasta meningkat moderat pada bulan Agustus, menurut laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP.