Wall Street berakhir melemah tajam dimana saham sektor keuangan menanggung banyak kerugian selama dua hari berturut-turut karena krisis Rusia-Ukraina semakin dalam dan menimbulkan kecemasan di kalangan investor. Sebaliknya, emiten terkait minyak mengalami kenaikan karena tingginya harga minyak dunia.
Krisis di Ukraina terus memanas, setelah Rusia memperingatkan penduduk Kyiv untuk meninggalkan rumah mereka dan menghujani kota Kharkiv dengan bom dan roket setelah secara intensif. Serangan di daerah perkotaan Ukraina ini merupakan perubahan taktik setelah serangan enam hari mereka terhenti. Aksi ini menarik pembalasan tajam dari Barat, yang kemudian melakukan pemblokiran akses pemberi pinjaman Rusia tertentu ke sistem pembayaran internasional SWIFT.
Saham Wells Fargo jatuh 5,8% sementara saham Chevron Corp melonjak 4%. Indek Dow Jones turun 1,76% ke 33.294,95, sedangkan S&P 500 turun 1,55% ke 4.306,24. Nasdaq turun 1,59% ke 13.532,46.
Euro berada di bawah tekanan karena meningkatnya pemboman Rusia di kota-kota Ukraina dan harga minyak yang melonjak meningkatkan kekhawatiran investor tentang pukulan terhadap ekonomi dan pertumbuhan Eropa.
EUR/USD sempat jatuh di $1,1090, sebelum pulih sedikit untuk diperdagangkan pada $1,131. Jika prospek ekonomi Zona Euro memburuk, EUR/USD berpotensi menembus 1.10. Mata uang terkait komoditas, seperti dolar Australia, turun sedikit terhadap dolar yang lebih kuat semalam tetapi bertahan karena melonjaknya harga minyak, gas, batu bara, dan biji-bijian.
Sementara Dolar Selandia Baru melayang di $0,6760 dan dolar Australia naik tipis ke $0,7263. Sterling terjepit di $1,3327. Yen menguat, setelah pasar melakukan risk off. Bergerak di atas MA 50-hari di 114,85 per dolar. Indek Dolar AS sendiri bertahan di 97.324.
Pada perdagangan komoditi, harga Emas melonjak 1,8% menjadi $1.941,51 per ounce sementara harga emas di bursa berjangka berakhir naik 2,3% pada $1,943,80. Investor juga perlu mengantisipasi pernyataan Jerome Powell di hadapan Kongres pada hari Rabu dan Kamis. Dengan latar belakang ini, Emas diyakini bisa ke menjangkau harga $2.000.
Dalam pertemuan menteri IEA dihasilkan kesepakatan untuk melepaskan 60 juta barel minyak mentah dari cadangan minyak strategis milik sejumlah negara anggota. Amerika Serikat setuju untuk melepaskan 30 juta barel minyak mentah dari SPR-nya. Sisa anggota IEA di Eropa dan Asia akan melepaskan sisa 30 juta barel.
Pelepasan ini diharapkan dapat menekan harga saat ini. Namun dianggap tidak signifikan. Pasalnya, 60 juta barel yang akan dilepas masih kurang dari permintaan minyak dunia dalam sehari. Disisi lain, dunia berpotensi kehilangan pasokan dari ekspor Rusia sebesar 7 juta bph.
Tak lama setelah pengumuman hasil kesepakatan, harga minyak mentah AS, WTI tetap melonjak $8,54 menjadi $104,26. Brent, sementara itu Brent melonjak $7,85 menjadi $105,82 per barel.
Ada pernyataan penting dari sejumlah tokoh yang perlu mendapat perhatian pasar, termasuk dari Bank Sentral AS. Sebelumnya, sejumlah pejabat MPC dari Bank of Englan telah memberikan suaranya. Anggota FOMC James Bullard yang dikenal sangat hawkish akan berbicara pada awal sesi perdagangan AS dan puncaknya adalah testimoni Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell.
Presiden AS Joe Biden juga akan berbicara terkait dengan perkembangan invasi Rusia ke Ukraina. Meningkatnya krisis di Ukraina menurunkan persepsi hawkish FED. Dari Eropa akan dilaporkan data CPI. Pasokan minyak mentah AS diproyeksikan menurun dalam sepekan terakhir sebesar 2.5 juta barel dari sebelumnya adalah 4.5 juta barel.