Korea Selatan memimpin pasar saham negara berkembang Asia lebih rendah pada hari Selasa karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga AS. Ditengah upaya sejumlah bank sentral di seluruh dunia yang mulai memperketat kebijakan atau memberi sinyal bahwa perubahan mungkin akan terjadi di tengah meningkatnya tekanan harga, yang menyebabkan penurunan tajam dalam saham dalam beberapa hari terakhir.
Bursa saham Korea Selatan yang sarat teknologi telah merosot sekitar 8% dalam dua minggu terakhir. Bursa turun 2,7 %, mencatat penurunan harian terbesar dalam 11 bulan pada hari Selasa (25/01/2022) setelah ada kekhawatiran atas ketegangan geopolitik di Ukraina dan pengetatan kebijakan moneter AS memicu volatilitas liar di Wall Street. Won Korea melemah, sementara imbal hasil obligasi naik.
Indeks KOSPI turun 71,61 poin atau 2,56% menjadi 2.720,39 pada 13:33 WIB. Indek KOSPI telah jatuh 8,64% sepanjang tahun ini, tetapi kehilangan 7,2% dalam 30 sesi perdagangan sebelumnya. Volume perdagangan selama sesi di indek KOSPI 11 adalah 629,84 juta saham. Dari total 930 saham yang diperdagangkan, jumlah saham yang naik adalah 53. Sejumlah saham-saham kelas berat, termasuk raksasa teknologi Samsung Electronics turun 1,46% dan rekannya SK Hynix turun 0,84%, sementara LG Chem turun 4,17% dan Naver turun 1,98%.
Penurunan terjadi, meskipun bursa saham AS rebound semalam. Terlihat disini bahwa para investor melihat ada ketidakpastian tambahan untuk pasar di sini dan berpotensi mendorong indeks Kospi turun lebih lanjut. Investor asing menjadi penjual paling banyak dengan total transaksi saham senilai 464,0 miliar won di papan utama.
Disisi lain, Korea Utara menembakkan apa yang tampak seperti dua rudal jelajah ke laut lepas pantai timurnya pada hari Selasa, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, beberapa hari setelah serangkaian uji coba rudal balistik.
Won dikutip pada 1.198,6 per dolar di perdagangan dalam negeri, 0,21% lebih rendah dari penutupan sebelumnya di 1.196,1. Sementara dalam perdagangan luar negeri, won dikutip pada 1.198,3 per dolar, turun 0,2% dari hari sebelumnya. Won sendiri telah kehilangan 0,8% terhadap dolar sepanjang tahun ini. Imbal hasil obligasi Korea tenor 3-tahun yang paling likuid naik 5,8 basis poin menjadi 2,169%, sedangkan imbal hasil tenor 10-tahun acuan naik 3,3 basis poin menjadi 2,571%.
Selain kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga AS dapat menyebabkan arus keluar modal dari pasar negara berkembang Asia yang lebih berisiko, investor juga mempertimbangkan potensi invasi Ukraina oleh Rusia dan meningkatnya ketegangan dengan Barat yang dapat menyebabkan harga minyak dan gas yang lebih tinggi dan selanjutnya berkontribusi pada tekanan harga global. Kekhawatiran mengguncang bursa saham berjangka AS, yang turun lebih dari 1% di sesi Asia setelah sesi bergejolak di Wall Street semalam.