ESANDAR – Dolar AS menguat tipis pada perdagangan di hari Selasa (22/12/2020), karena adanya kekhawatiran tentang munculnya varian baru virus Corona yang mengamuk di Inggris. Kenaikan jumlah korban Corona menyebabkan dilakukannya penguncian dan pembatasan perjalanan sehingga mengurangi optimisme tentang RUU stimulus AS yang disahkan Kongres semalam.
Tentu saja perkembangan ini memberikan pukulan bagi asset beresiko, termasuk diantaranya bursa saham AS yang jatuh kecuali bursa Nasdaq dan imbal hasil obligasi AS mengalami kenaikan. Sementara sejumlah mata uang yang terkait dengan asset risiko yang lebih tinggi seperti dolar Australia dan Selandia Baru juga melemah terhadap greenback.
Pasar menemukan momentum untuk melakukan koreksi, terlebih dengan penurunan di pasar opsi sehingga memberikan koreksi mata uang beresiko atas penguatan dolar AS. Ini menjadi saat yang tepat dimana pandemi di Eropa, adanya lockdowns, dan pendekatan yang tampaknya kurang agresif terhadap vaksin, termasuk perintah menunjukkan Q1 yang suram pada 2021.
Sementara data ekonomi yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan hasil yang lebih lemah dari yang diharapkan. Angka penjualan rumah yang ada di AS turun lebih dari yang diharapkan untuk bulan November dan indeks kepercayaan konsumen lebih rendah dari perkiraan. Hasil yang demikian ini memperkuat reli dolar.
Sementara itu, paket bantuan COVID-19 senilai $ 892 miliar yang disahkan oleh Kongres sedang menunggu persetujuan Presiden Donald Trump untuk menjadi undang-undang. Sentiment pasar dari berita paket bantuan ini sudah didiskon pasar sehingga dampaknya teredam.
Secara keseluruhan, para investor tetap khawatir tentang varian virus korona baru bahkan ketika para ahli medis berusaha meredakan kekhawatiran tentangnya. Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS mengatakan pada hari Selasa bahwa varian virus korona belum terdeteksi di Amerika Serikat, sementara Menteri Kesehatan Alex Azar mengatakan kepada Fox News vaksin Pfizer / BioNTech dan Moderna, yang menerima otorisasi penggunaan darurat AS bulan ini, harus efektif dalam mencegah penyakit dari varian virus.
Indeks dolar naik 0,6% menjadi 90,675. Sementara euro turun 0,7% menjadi $ 1,2156 dan dolar naik 0,4% versus yen menjadi 103,70 yen.
Pasar telah diposisikan untuk dolar yang lebih lemah. Penentuan harga dalam pemulihan pandemi yang mengangkat harga komoditas dan menguntungkan eksportir dan mata uang mereka dengan mengorbankan dolar.
Meski demikian, dolar masih akan tetap berada di bawah tekanan yang signifikan untuk paruh pertama tahun depan. Ada sejumlah ekuitas AS yang dinilai terlalu tinggi dan terlalu mahal dimana setelah COVID mereda, akan ada lebih banyak peluang di pasar negara berkembang akibat pergeseran arus modal.
Poundsterling sendiri tergelincir terhadap dolar, turun 0,9% menjadi $ 1,3350. Pound tergelincir terhadap euro juga, turun 0,1% pada 91,03 pence per euro.
Ada kesepakatan perdagangan pasca-Brexit di atas meja antara Inggris dan Uni Eropa, dan sementara kedua belah pihak ingin menyelesaikan negosiasi sebelum Malam Natal, pembicaraan tetap tegang, surat kabar Sun melaporkan pada hari Selasa, mengutip sumber senior Inggris.
Dolar Australia turun 0,8% menjadi US $ 0,7525. Dolar Selandia Baru kehilangan 0,7% menjadi US $ 0,7044.