ESANDAR – Dolar AS melonjak pada perdagangan di hari Selasa (17/03/2020) karena banyak perusahaan dan investor memburu kembali mata uang paling likuid ini di tengah kekhawatiran tentang penutupan ekonomi dari penyebaran global virus corona.
Sebelumnya, Federal Reserve pada hari Minggu telah menurunkan suku bunganya menjadi nol dan meluncurkan program pembelian obligasi baru. Bank-bank sentral lain telah mengambil langkah-langkah serupa tetapi langkah sejauh ini gagal membendung ketegangan likuiditas dan kepanikan pasar. Bank-bank sentral juga memangkas harga pada jalur swap mereka untuk memudahkan menyediakan dolar bagi lembaga-lembaga keuangan di seluruh dunia.
Bank of Japan pada hari Selasa melakukan suntikan dana dolar terbesar sejak 2008 dan Korea Selatan juga berjanji untuk segera bertindak. Tetapi pasar pendanaan menunjukkan tekanan yang berkelanjutan dalam mencari greenback.
Tekanan ini justru membantu mengangkat Dolar AS. Spread swap berbasis mata uang silang euro / dolar tiga bulan naik hingga 120 basis poin – terlebar sejak akhir 2011 – sebelum jatuh kembali ke 39 basis poin.
Dolar sendiri awalnya jatuh pada permulaan bulan Maret karena imbal hasil obligasi pemerintah AS jatuh, tetapi dolar sejak itu rebound, dan diukur terhadap sekeranjang mata uang utama sekarang naik lebih dari 5% sejak 9 Maret. Indeks dolar AS terakhir berada di 99,72, naik 1,63%. Dalam perdagangan dengan Euro, pasangan EURUSD turun 1,77% menjadi $ 1,098.
Federal Reserve A.S. pada hari Selasa mengatakan akan mengembalikan fasilitas pendanaan yang digunakan selama krisis keuangan 2008 untuk mendapatkan kredit langsung ke bisnis dan rumah tangga.
Investor juga mencari pemerintah untuk meluncurkan stimulus fiskal baru untuk membantu mengimbangi penurunan ekonomi.
Presiden A.S. Donald Trump mengumumkan rencana pada hari Selasa untuk mengirim uang ke Amerika segera untuk mengurangi guncangan ekonomi dari krisis coronavirus.
Data ekonomi pada hari Selasa menunjukkan bahwa penjualan ritel AS secara tak terduga turun pada bulan Februari, dengan rumah tangga mengurangi pembelian berbagai produk, dan wabah coronavirus diperkirakan akan menekan penjualan di bulan-bulan mendatang.