ESANDAR, Jakarta – Bloomberg menyampaikan bahwa Jepang dikatakan telah menerima sinyal radio yang menguraikan aktifitas Korea Utara dalam persiapan uji coba rudal. Paska paparan ini, Yen menguat melalui 111 per dolar untuk laporan tersebut.
Menurut Kyodo News dan TBS, sinyal radio tersebit masih banyak yang harus ditelisik lagi, karena Jepang tidak mengetahui secara spesifik jenis rudal, dan pelatihan musim dingin Korea Utara untuk militer.
Provokasi terakhir Korea Utara pada 15 September, saat kapal itu melepaskan rudal kedua di Jepang dalam waktu berbulan-bulan. Jeda 73 hari terpanjang sejak istirahat 116 hari antara bulan Oktober 2016 dan Februari.
Laporan lain menyampaikan paparan hasil uji Bom Hirogen Korea Utara pada awal September kemarin. Pada September 3, Korea Utara melakukan uji coba nuklir keenam, berhasil meledakkan bom hidrogen – yang bisa masuk ke dalam rudal antar benua (ICBM). Ledakan tersebut menghasilkan dua gempa dangkal di wilayah Punggye, di mana fasilitas uji coba nuklir Korea Utara berada; dan seismolog pemerintah China melaporkan pada saat itu. Pihak berwenang di Jepang, Korea Selatan dan banyak pakar nonpemerintah di Amerika Serikat memastikan bahwa gempa tersebut merupakan hasil uji coba nuklir.
Gempa yang disebabkan oleh uji coba nuklir tersebut menyebabkan runtuhnya banyak bangunan dan membunuh puluhan orang, termasuk anak-anak sekolah, demikian dilaporkan media Korea Selatan pada minggu ini.
Sebuah sumber yang tidak disebutkan namanya, yang baru-baru ini mengunjungi sebuah desa sekitar 8 kilometer dari Punggye-ri, menggambarkan kerusakan pada South and North Development (SAND), sebuah lembaga penelitian yang bekerja dengan para pembelot dari Korea Utara, menurut surat kabar Korea Selatan Chosun Ilbo. Sumber tersebut mengatakan bahwa rumah-rumah dan sebuah sekolah ambruk di desa Sindong-ri dan puluhan orang tewas dan terluka, tulis surat kabar tersebut.
“Tanggal 3 September adalah hari Minggu, namun sekitar 150 siswa sedang menunggu di kelas mereka untuk melakukan beberapa pekerjaan,” kata sumber tersebut, menurut Chosun Ilbo. “Korban terjadi ketika separuh bangunan sekolah hancur.”
Setelah peledakan pada bulan September, gempa pertama adalah gempa berkekuatan 6,3 yang sesuai dengan peledakan bom hidrogen 1 megaton, menurut para ahli. Lima menit kemudian, ahli seismologi yang sama mendeteksi gempa berkekuatan 4,6, yang mengindikasikan kemungkinan runtuhnya terowongan di mana perangkat nuklir ditempatkan.
Pada bulan Oktober, saluran televisi Jepang Asahi TV melaporkan runtuhnya terowongan bawah tanah di fasilitas nuklir Punggye, dan menimbulkan korban sekitar 200 orang.
The Washington Post melaporkan pada bulan Oktober bahwa para ahli mengkhawatirkan sebuah gunung setinggi 2.195 kaki di mana tes rudal dilakukan. Gunung tersebit dikhawatirkan menderita “sindrom gunung yang lelah,” dan bisa runtuh sewaktu-waktu dimana ia bisa melepaskan radiasi dari ledakan nuklir.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mengembangkan rudal kategori ICBM berujung nuklir. Sebelum Sept. 3 uji coba nuklir, Pyongyang telah melakukan 21 peluncur rudal tahun ini, termasuk dua tes ICBM pada bulan Juli. Negara nakal tersebut terakhir meluncurkan rudal September. 15, dari distrik Sunan di Pyongyang. Kapal itu terbang di atas pulau Hokkaido utara Jepang dan mendarat di laut. Korea Utara melakukan uji coba nuklir pertamanya pada 9 Oktober 2006 silam. (Lukman Hqeem)