ESANDAR, Jakarta – Penjualan ritel A.S. turun pada bulan Februari untuk ketiga bulan berturut-turut. Ini merupakan penurunan beruntun untuk pertama kalinya terjadi sejak 2012. Meski menurun, namun karena kecil angkanya, sehingga tidak mungkin menjadi masalah bagi ekonomi AS secara luas.
Sementara itu, angka penurunan bulanan adalah 0,1%, meleset dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh MarketWatch dengan kenaikan penjualan sebesar 0,4%. Bahkan jika penjualan mobil dan bahan bakar mobil (BBM) dilepas, angka penjualan hanya naik 0,3% saja.
Penurunan penjualan ritel bulan lalu sebagian besar terkonsentrasi di dealer mobil, pompa bensin dan department store tradisional, demikian kata Departemen Perdagangan pada hari Rabu. Tak heran apabila penerimaan stasiun gas turun 1,2%, mencerminkan sebagian harga stabil setelah terjadi pelarian pada bulan Januari. Dilain pihak, penjualan di dealer mobil turun 0,9% untuk bulan kedua berturut-turut saat jebakan pasca-topan di musim gugur memudar. Department store juga mencatat penurunan 0,9%.
Laporan ritel Februari yang agak beragam memang mengandung beberapa titik terang. Peritel internet menuai keuntungan 1% dalam penjualan. Pusat rumah, toko pakaian jadi dan gerai yang menjual barang olahraga juga membukukan penjualan lebih tinggi. Penurunan penjualan pada bulan Januari tidak sebesar yang dilaporkan. Penjualan direvisi untuk menunjukkan penurunan 0,1% dan bukan 0,3%.
Secara garis besar, penurunan ini sebagai konsekuensi aksi pengetatan yang dilakukan warga AS. Orang-orang Amerika mengurangi pengeluaran menjelang akhir liburan untuk membangun kembali keuangan mereka, tapi tidak mungkin mereka akan tetap ketat lama. Pengeluaran kemungkinan akan meningkat di musim semi. Pertanyaan besar di industri ini adalah apakah penjual internet terus mendapatkan pangsa pasar dengan mengorbankan toko tradisional.
Perekonomian bisa tumbuh dengan mantap saat ini, dimana tingkat pengangguran berada pada level terendah sepanjang 17 tahun. Pemotongan pajak baru-baru ini juga telah ditambahkan sebagai faktor kenaikan ke gaji dan disaat pengembalian pajak tahunan mulai berdatangan. Neil Dutta dari Renaissance Macro Research menunjukkan bahwa pengembalian tertunda dapat membebani pengeluaran. “Hasilnya adalah bahwa dengan pertumbuhan pendapatan dan penurunan pemotongan yang solid, tingkat tabungan rumah tangga meningkat, mengindikasikan konsumen memiliki sedikit ruang untuk melonggarkan dompet di jalan.”
Sayangnya, meski kecil penurunan ini, namun terlihat seperti pembukaan yang bisa membekukan sampai 2018 untuk industri ritel A.S., kata ekonom Royce Mendes dari CIBC Economics. Pasar pun merespon negative hasil ini dimana Wall Street berakhir negatif. (Lukman Hqeem)