Wall Street ditutup lebih rendah pada perdagangan di hari Rabu (19/10/2022), menandai akhir dari reli multi-sesi. Dorongan turun berasal dari naiknya imbal hasil Treasury yang melonjak karena data ekonomi dan prospek perusahaan AS yang suram, hal ini tentu mendinginkan selera risiko investor. Yield Obligasi tenor 10 Tahun melonjak hingga menyentuh level tertinggi baru 14 tahun, membuat tiga indek saham utama AS turun.
Pelaku pasar menyeimbangkan serangkaian pendapatan perusahaan campuran, terutama dari Procter & Gamble, Travelers Companies Inc, dan Baker Hughes Co, terhadap kekhawatiran yang sedang berlangsung mengenai apakah kenaikan suku bunga bank sentral untuk menahan inflasi dapat mendorong ekonomi global mengalami kontraksi.
Pasar masih tidak yakin kapan Fed akan menyadari apa yang telah mereka lakukan hingga saat ini mulai berlaku. The Fed menjalankan mandatnya untuk menangani inflasi dengan serius, tetapi ada terlalu banyak obrolan tentang pengetatan.
Indek Dow Jones turun 99,99 poin, atau 0,33%, menjadi 30.423,81, S&P 500 (.SPX) kehilangan 24,82 poin, atau 0,67%, menjadi 3.695,16 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 91,89 poin, atau 0,85%, menjadi 10.680,51.
Data menunjukkan inflasi Inggris mencapai inflasi sebesar 10,1% pada bulan September mendorong saham Eropa untuk mematahkan kenaikan beruntun mereka baru-baru ini. Indeks STOXX 600 pan-Eropa turun 0,53% dan indek saham MSCI turun 0,89%. Bursa saham di negara berkembang turun 1,62%. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang ditutup 1,65% lebih rendah, sementara Nikkei 225 Jepang naik 0,37%.
Aksi jual obligasi pemerintah AS mendorong benchmark imbal hasil Treasury ke level tertinggi sejak pertengahan 2008 di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga agresif yang berkelanjutan dari Federal Reserve. Obligasi tenor 10-tahun terakhir di 4,1272%, dari 3,998% pada akhir Selasa. Imbal hasil obligasi 30-tahun adalah 4,1259%, dari 4,021% pada Selasa malam.
Dolar rebound dari posisi terendah dua minggu karena data inflasi Inggris yang lebih panas dari perkiraan memicu kekhawatiran resesi, yang menyeret turun sterling dan membantu mendukung greenback terhadap sekeranjang mata uang dunia. Indeks dolar naik 0,7%, dengan euro turun 0,83% menjadi $0,977. Dolar juga menyentuh puncak 32 tahun terhadap yen, melayang mendekati level yang diyakini beberapa pihak dapat memicu intervensi oleh Jepang. Yen Jepang melemah 0,40% versus greenback di 149,88 per dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan di $1,122, turun 0,87% hari ini.
Sementara dalam perdagangan komoditi, harga minyak mentah naik lebih tinggi pada kondisi pasokan yang lebih ketat, bangkit kembali setelah mencapai posisi terendah dua minggu setelah rencana Presiden AS Joe Biden untuk melepaskan minyak dari cadangan strategis. Harga minyak mentah AS, WTI naik 3,30% menjadi menetap di $85,55 per barel, sementara Brent menetap di $92,41 per barel, naik 2,64% pada hari itu.
Penguatan dolar AS turut membebani harga emas, mengirimnya ke level terendah tiga minggu. Pada perdagangan emas di pasar spot turun 1,4% menjadi $1.628,61 per ounce.