Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Kaum buruh di Inggris diyajini akan menghadapi dilema besar ditahun depan. Keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, BREXIT, menimbulkan konsekuensi. Salah satunya penurunan upah.

Dibandingkan dengan kaum buruh negara-negara di Eropa lainnya, kondisi di Inggris lebih buruk saat ini. Penurunan upah ini menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar. Daya beli masyarakat Inggris diperkirakan akan terseret turun. Upah buruh Inggris diperkirakan akan turun setidaknya 0,5% pada 2018. Demikian ungkap perusahaan pemerhati sumber daya manusia dunia, Korn Ferry semalam.

Sementara rata-rata pendapatan mingguan buruh Inggris turun 0,4% per tahunnya di kuartal ketiga lalu ketika disesuaikan dengan tingkat inflasi Inggris. Secara global, upah buruh Inggris disesuaikan dengan inflasi bisa meningkat 1,5% di tahun depan, menurut Korn Ferry. Angka tersebut merupakan kenaikan terlemah dalam 5 tahun terakhir.

Tentu saja ini akan menjadi tantangan bagi para eksekutif, baik di pemerintahan maupun bank sentral. Di berbagai negara, dimana tingkat pengangguran rendah maka pertumbuhan upah juga lemah ketika dibandingkan dengan inflasinya. General manager Korn Ferry, Benjamin Frost mengatakan bahwa situasi di Inggris diperparah oleh lonjakan inflasi yang mencapai angka 3% di Oktober lalu dan diperkirakan akan bertahan pada tingkat yang sama ketika data inflasi bulan November nanti sore akan dirilis.

Frost menekankan bahwa pengusaha Inggris tidak menaikkan gaji pekerja Inggris dimana pengusaha ini mempunyai kemampuan terbatas untuk membebankan pelanggan yang lebih banyak dan peningkatan produktivitas, dimana hal ini lebih mudah dilakukan pengusaha untuk jangka panjang daripada dilakukannya dalam jangka waktu pendek.

Di AS, pekerjanya diperkirakan akan melihat kenaikan gaji riilnya sebesar 1% pada 2018, berdasarkan kenaikan upah 3% dan inflasi 2%. Korn Ferry menyatakan bahwa kenaikan gaji yang diperkirakan berdasar data yang berisi informasi dari 25 ribu organisasi di lebih 110 negara ini dimana sekitar 770 perusahaan Inggris ikut ambil bagian di survei kemampuan daya beli para pekerjanya. (Lukman Hqeem)