ESANDAR – Angka pengeluaran rumah tangga Jepang secara tak terduga turun pada bulan Juni karena pemotongan bonus musim panas memukul daya konsumsi, demikian data resmi pemerintah menunjukkan pada hari Jumat (06/08/2021), menambah kesuraman ekonomi yang sudah berjuang dengan pukulan dari kebangkitan infeksi virus corona.
Angka-angka tersebut menggarisbawahi tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan ketika mereka berusaha untuk mendukung pemulihan ekonomi yang rapuh, sambil berjuang melawan lonjakan kasus varian Delta yang telah memaksa Jepang untuk memperluas keadaan darurat selama Olimpiade.
Dilaporkan bahwa angka pengeluaran rumah tangga Jepang turun 5,1% pada Juni dari tahun sebelumnya, mengacaukan perkiraan pasar untuk kenaikan 0,1% dan menandai penurunan pertama dalam empat bulan. Dibandingkan dengan bulan Mei, pengeluaran rumah tangga turun 3,2%, memperkuat kebutuhan akan pertumbuhan yang didorong ekspor karena permintaan domestik tetap lemah karena keadaan pembatasan darurat.
Disisi lain, pembatasan yang lebih ketat diberlakukan, semakin memukul daya konsumsi yang sudah merosot ke level terendah. Setidaknya kondisi ini kemungkinan tidak akan pulih sampai jauh di akhir tahun. Pada kwartal ketiga tahun ini, diyakini bahwa daya konsumsi masih belum akan pulih. sehingga pemulihan yang solid harus menunggu paling cepat hingga kuartal terakhir tahun ini.
Data terpisah menunjukkan tingkat upah di Jepang turun 0,1% pada Juni dari tahun sebelumnya, menandai penurunan tahunan pertama dalam empat bulan setelah kenaikan 1,9% pada Mei. Pembayaran khusus pada bulan Juni, yang sebagian besar merupakan pembayaran bonus musim panas, turun 2,3% dari tahun sebelumnya, karena perusahaan yang terkena pandemi memangkas kompensasi.
Hal ini semakin memperlemah daya pengeluaran rumah tangga Jepang. Dengan tingkat upah yang rendah tersebut menimbulkan keraguan pada perkiraan Bank of Japan bahwa manfaat dari pemulihan yang didorong oleh ekspor akan menyebar ke rumah tangga, dan menambah dorongan konsumsi yang diharapkan dari kemajuan yang stabil dalam vaksinasi.
Perekonomian Jepang telah bangkit dari kelesuan karena ekspor yang kuat mengimbangi permintaan domestik yang lemah, meskipun pertumbuhan tertinggal dari negara-negara maju lainnya karena vaksinasi yang lambat membebani konsumsi. Negara ini telah memperluas pembatasan yang berlangsung hingga Agustus untuk menangani lonjakan infeksi, menghancurkan harapan pembuat kebijakan untuk rebound kuat dalam pertumbuhan ekonomi Juli-September.
Data produk domestik bruto (PDB) awal April-Juni Jepang, yang akan dirilis pada 16 Agustus, kemungkinan akan memberikan petunjuk sejauh mana ekspor dan pengeluaran pemerintah telah mengimbangi pukulan terhadap konsumsi layanan dari pandemi.