ESANDAR, Jakarta – Harga Emas dapat melonjak hingga ke $1.500 tahun ini. Sebuah harga yang belum pernah terlihat lagi sejak 2013 silam.
Pendapat tersebut dilontarkan oleh Frank Holmes, CEO dari US. Global Investors. Harga yang akan dicapai tersebut, terpaut sekitar 10% dari harga emas saat ini. Harga emas diperdagangkan di $1.355.
Harga emas pada tahun ini, telah naik sebesar 3% hingga hari ini. Kenaikan harga emas tidak mudah begitu saja. Harus menghadapi tekanan meroketnya Bursa Saham dan aksi spekulasi di pasar mata uang kripto. Prestasi ini patut diperhatikan, mengingat diperiode yang sama, indek S&P 500 hanya naik 2,4% saja. Kita semua mafhum, harga emas masih menjaga tren kenaikannya.
Holmes setidaknya menyebutkan ada 3 (tiga) kunci penting yang bisa membawa harga emas ke posisi tersebut. Pertama, harapan pada kenaikan laju inflasi AS. Sejatinya laju inflasi bisa lebih cepat daripada yang diumumkan oleh pemerintah AS, ungkap Holmes kepada MarketWatch dalam sebuah wawancara khusus minggu ini.
Sebagaimana diumumkan oleh The Federal Reserve, indek harga konsumen AS naik 2,2% dari tahun lalu dibulan Desember. Pihak Bank Sentral AS wilayah New York bahkan menyampaikan bahwa inflasi acuan naik hampir 3% dibulan tersebut. Angka IHK yang sebelumnya menjadi patokan ukuran, sebelum direvisi tahun 1990, menunjukkan inflasi mendekati angka 10%, ungkapnya.
Jadi, angka manapun yang terlihat, faktanya inflasi mengalami pertumbuhan. Harga emas secara tradisional dianggap sebagaio aset pengaman investasi anti inflasi.
Kedua, Melemahnya Dolar AS. Harga emas selalu diuntungkan dengan melemahnya Dolar AS, sebagaimana sifat komoditas lainnya. Ketika nilai emas turun, investor yang berasal dari negara bukan pemegang Dolar AS akan diuntungkan, dan sebaliknya. Hingga saat ini, Indek Dolar AS melemah 3%.
Kebijakan Donald Trump, disatu sisi menurut Holmes cenderung akan menjadi sentiment baik terhadap Emas terlebih jika berdampak langsung pada pelemahan Dolar AS. Memang rakyat AS akan bangga jika Dolar AS bisa kuat, sayangnya hal ini akan membuat sektor ekspor dan pariwisata AS tersungkur. Tentu saja, Dolar yang melemah, akan membuat harga emas makin berkibar.
Pada awal 2017, dalam The Wall Street Journal menuliskan pernyataan Trump, bahwa Dolar AS “terlalu kuat”. Menyusul kemudian pernyataan Steven Mnuchin, Menteri Keuangan pada Januari silam bahwa mereka menginginkan dolar yang lemah. Ini berarti bahwa tujuan utama lemahnya Dolar AS demi menyelamatkan perdagangan dan daya saing produk AS.
Salah satu tajuk berita yang kuat saat ini adalah masalah Perang Dagang. Ini akan menjadi sentiment negative bagi harga emas, ungkap Holmes. Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tariff Trump akan membuat Dolar AS kuat. Jelas akan memperburuk citra emas dimata investor.
Sebaliknya, kenaikan angka produksi domestik bruto dari Cina dan India, menjadi berita baik bagi emas. Kedua negara ini dikenal sebagai konsumen emas nomor wahid dunia. Popularitas emas, khususnya dalam bentuk perhiaran dan fisik, akan meningkat baik di India dan Cina ketika Festival Moonson mulai hingga tahun baru Imlek di Cina. Lazimnya antara September hingga Februari.
Pandangan yang optimis dari Holmen, justru memperkirakan harga bisa mencapai $1.900 per troy ons. Jika ini tercapai, maka ini akan menjadi harga emas tertinggi sepanjang masa. Syaratnya adalah inflasi akan menanjak naik. Sebelumnya, harga emas tercatat pada harga termahalnya di $1,891.90 pada 22 Agustus 2011.
Ketiga, tuntutan kepada sejumlah bank-bank besar. Terlebih terjadi dumping secara besar-besaran pada emas dan manipulasi pasar, biasanya terjadi selama Tahun Baru Cina, maka emas bisa naik menjadi $ 1.900.
Holmes juga mengatakan ada perusahaan yang dia percaya “akan mengganggu industri perhiasan emas Amerika Utara” dan berpotensi berkontribusi terhadap kenaikan ke tertinggi baru untuk emas. Menē menjual apa yang disebut sebagai “perhiasan investasi 24 karat,” yang dirancang oleh cucu Pablo Picasso, Diana Widmaier Picasso. Itu harga perhiasan sesuai dengan nilai logam tanpa margin besar untuk desain. “Ini bisa mengubah cara orang barat melihat kepemilikan logam mulia,” kata Holmes.
Dengan sangat optimis, Holmes yakin bahwa harga emas akan berat untuk turun. Memang penguatan Dolar AS akan berpotensi menekan harga emas turun. Sementara kenaikan suku bunga yang digadang-gadang akan membuat Dolar AS kuat, disisi lain justru akan menjadi ancaman resesi global. Negara-negara akan melakukan segala hal untuk mempertahankan diri agar tidak runtuh. Mereka akan mencetak uang lebih banyak lagi. Lebih-lebih dengan pemangkasan pajak, uang yang beredar akan banyak dan inflasi bisa naik tak terkendali. Tak ayal, kondisi yang demikian ini akan membuat harga emas melambung. (Lukman Hqeem)