Brexit - Theresa May

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Perdana Menteri Inggris, Theresa May melakukan kunjungan ke Brussels untuk bertemu dengan Ketua Komisi Uni Eropa Jean Claude Juncker. May berharap dapat melakukan langkah-langkah guna menyelamatkan kesepakatan Brexit.

Dengan sisa waktu hanya 37 hari lagi menjelang Brexit, May mencoba untuk membujuk pihak Uni Eropa dan parlemen Inggris untuk menyepakati klausul kesepakatan diantara kedua belah pihak. Poin penting yang akan dibahas oleh May adalah mengenai backstop, polis asuransi untuk mencegah pengembalian cek ekstensif di perbatasan antara Irlandia, yang masih sebagai anggota UE, dengan Irlandia Utara yang menjadi salah satu provinsi di Inggris Raya.

Sebelumnya May menyetujui protokol dengan para pemimpin Uni Eropa pada November lalu, namun kesepakatan tersebut ditolak oleh parlemen Inggris. Mereka menilai bahwa hal tersebut dapat mengikat Inggris dengan aturan UE tanpa adanya batasan awktu sehingga membuat segala hambatan tidak dapat diterima.

May berjanji kepada parlemen untuk menyusun kembali perjanjian tersebut guna mencoba memberikan batasan waktu terhadap berlakunya protokol dari UE. Sementara salah seorang juru bicara dari May juga mengatakan bahwa perjalanan May Ke Brusssels mempunyai arti yang penting sebagai bagian dari proses keterlibatan untuk mencoba menyepakati perubahan yang menurutnya harus disepakati oleh pihak parlemen Inggris.

Sayangnya, salah seorang staff dari Juncker justru mengatakan bahwa pihaknya sangat menghormati May atas keberanian dan ketegasannya, akan tetapi pembicaraan tersebut hanya bersifat persahabatan semata dan pihaknya tidak mengharapkan adanya terobosan baru dari Uni Eropa.

Jaksa Agung Inggris Geoffrey Cox juga akan kembali ke Brussels pada pertengahan minggu ini, guna membahas teks hukum dengan pihak UE, yang diharapkan mampu memberikan jaminan yang cukup bagi Inggris. Uni Eropa mengatakan pengaturan teknologi alternatif yang diusulkan untuk menggantikan backstop untuk saat ini belum ada dan oleh karenanya tidak bisa menjadi jaminan bahwa tidak akan ada kontrol perbatasan yang akan dikembalikan ke pihak Irlandia.(Lukman Hqeem)