Harga Emas berpotensi Naik memanfaatkan kisruh geopolitik

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas bukukan penurunan ketiga kalinya secara berurutan pada perdagangan hari Kamis (16/05/2019). Sentimen pendorong jatuhnya harga adalah penguatan dolar AS dan kenaikan bursa saham, menyusul rilis data ekonomi AS yang kuat.

Indeks dolar AS naik ke level tertinggi dalam hampir dua minggu terhadap sekeranjang mata uang setelah rilis data-data ekonomi AS yang kuat. Harga emas di perdagangan berjangka tersungkur ke $1.283,90. Harga semakin jauh dari level psikologis $1.300,00 yang selama tiga sesi sebelumnya terus diuji untuk ditembus. Secara teknis, level resistensi $1.300 masih terbukti sulit untuk ditembus kembali. Ini menjadi poros penting bagi harga emas untuk  menentukan harga dimasa depan.

Pergerakan harga emas secara teknis juga menunjukkan pola berbaliknya arah, dimana dengan Dolar AS yang lebih kuat menempatkan tekanan pada logam mulia serta pasar ekuitas yang terus melanjutkan kenaikannya dari posisi terendah baru-baru ini. Ini menghilangkan beberapa tawaran terhadap safe haven.

Data perumahan AS menunjukkan pembangunan kembali meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan April, sementara tunjangan pengangguran turun lebih dari yang diperkirakan minggu lalu, menunjuk pada kekuatan pasar tenaga kerja yang berkelanjutan yang berpotensi besar untuk menopang perekonomian AS. Angka-angka yang lebih baik dari perkiraan ditambah dengan pendapatan perusahaan yang optimistis mengangkat Wall Street dan sentimen risiko di kalangan investor, dan pada gilirannya mengurangi daya tarik safe haven bullion.

Sementara itu, kebijakan pemerintah Donald Trump untuk memasukkan perusahaan telekomunikasi China Huawei ke dalam daftar hitam telah menambah tekanan lebih lanjut pada ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing. Isu perang dagang AS-China masih akan berlanjut mewarnai perdagangan. Meski pelaku pasar meyakini bahwa suatu hari kedua belah pihak bisa mencapai kesepakatan, sayangnya hingga kini masih suram. Hal itu akan membuat pasar penuh ketidak pasti. (Lukman Hqeem)